JAKARTA, KOMPAS.com - Warung Tegal (warteg) selalu berdiri paling depan ketika ingin makan kenyang dengan harga yang terjangkau.
Selain murah, warteg juga menjajakan sekitar 30 hingga 50 aneka lauk dan bisa ditemui di sudut kota Jakarta kapan pun karena beberapa warteg buka 24 jam.
Kini warteg sudah tak lekat lagi dengan mereka yang berada di kelas ekonomi bawah, karena banyak dari pengusaha, artis, hingga pejabat yang tak sungkan makan di warteg.
Baca juga: Ini Rahasia Harga Makanan Warteg Tetap Murah di Jakarta yang Serba Mahal
Bahkan banyak orang yang mulai membuka bisnis dengan berbagai inovasi mulai dari aneka menu, dekorasi, hingga konsep.
Warna kuning dan hitam yang dipilih pemilik menjadi warna tembok dan beberapa desain. Terdapat juga di ujung ruangan pintu masuk sofa berwarna kuning cerah.
Baca juga: Seperti Ini Proses Ekspansi Warteg di Jakarta
Selain itu, ada juga lampu gantung yang memancarkan cahaya kuning, kursi putar tinggi, kursi warna-warni, bantalan sofa di kursi panjang, etalase kaca dengan desain berwarna kuning, meja yang menempel di dinding yang di atasnya dihiasi pajangan telepon dan bunga.
"Saya memilih warna kuning karena saya suka warna kuning. Saya juga melihat warna kuning ini eyes catching dan mengunggah selera makan orang. Orang pas datang bisa tergugah selera makannya," kata Henny Octaviany, pemilik Warteg 313 ketika ditemui KompasTravel di Jalan Cinere Raya No. 45, Depok, Selasa (6/11/2018) sambil tertawa.
Baca juga: 5 Hal Ini Muncul ketika Mendengar Kata Warteg
Henny juga menceritakan ide awal membuka warteg dengan konsep zaman now. Ia mengaku jika dirinya sangat mencintai masakan rumahan yang dijual di warteg dan seringkali menyajikannya di rumah untuk keluarga.
Baca juga: Seperti Ini Proses Ekspansi Warteg di Jakarta
Melihat belum banyaknya tempat makan yang bersih, ia kemudian tertarik membuka warteg dengan mengusung konsep modern dengan gaya instagramable. Selain itu, ia juga memiliki tukang masak yang berasal dari Tegal.
"Saya menyenangi makanan-makanan yang dijual di warteg, cuma kendala kebersihan dan kurang higienis. Kita di rumah juga senang makanan warteg. Kadang ada orang yang ingin ke warteg tapi karena kondisi tempat yang kurang nyaman, jadi orang malas," katanya.
"Ada juga orang yang ingin coba makanan warteg yang macem-macem, jadi cuma beli untuk dimakan di rumah. Nah, saya suka gitu soalnya, karena makan di tempat kurang nyaman dan bersih jadi saya bungkus," sambung Henny.
"Dari situ, saya memutuskan untuk membuka warteg tapi wartegnya bersih, nyaman, dan higienis. Jadi buka warteg yang naik level sedikit dari warteg pada umumnya. Saya ingin mengubah warteg zaman old yang kotor dengan warteg zaman now yang bersih," jelasnya.
Ia juga melihat peluang di mana makanan rumahan akan menjadi makanan yang paling dicari nantinya.
Banyak orang yang akan kembali ke masakan rumahan karena bosan dengan makanan western. Terutama ibu-ibu, baik yang tidak bisa memasak ataupun tidak punya waktu untuk memasak akan membeli makanan di warteg.
Henny kemudian mendirikan wartegnya di tanggal yang sama dengan tanggal kelahirannya yaitu 24 Oktober 2017 dengan nama Warteg 313. Ibu dari dua anak ini memilih nama Warteg 313 karena ingin menyamakan dengan nomor rumahnya.
"Warteg ini punya moto itu makanan higienis, harga terjangkau dan nyaman. Warteg ini sebelumnya sempat tutup pada bulan puasa. Kemudian dibuka kembali dua bulan setelahnya, itu bulan Agustus 2018," kata Henny.
Wanita lulusan Fakultas Sastra, Universitas Indonesia angkat 94 ini mengatakan jika antusias pengunjung yang datang ke wartegnya cukup tinggi, terutama ibu-ibu yang mengantarkan anaknya bersekolah.
Warteg ini sendiri beroperasi pada hari Senin hingga Sabtu, pukul 08.00-17.00 WIB. Waktu ini juga menyesuaikan waktu dari pekerja warteg dimana mereka sudah memiliki keluarga yang juga membutuhkan waktu bersama keluarga.
Selain itu, waktu ini juga menyesuaikan waktu pasaran Warteg 313 yaitu ibu-ibu, mahasiswa dan pekerja.
Menariknya, makanan yang dijajakan di warteg ini tidak menggunakan msg, melainkan bumbu-bumbu tradisional.
"Makanan di sini dimasak tanpa msg, karena saya percaya bumbu rumahan. Orang rumah juga makan makanan dari sini. Tradisi di keluarga saya memang menghindari makanan dengan msg. Sehingga di sini saya harus ikut standar rumah. Cukup dengan garam dan gula sudah jadi penyedap," kata Henny.
Menariknya, ia juga menjual menu masakan rumah lainnya yang tidak ditemui di warteg lainnya seperti sayur singkong, bunga pepaya.
Harga per lauknnya dijual dengan harga mulai Rp 5.000. Ada juga paket hemat yang bisa dinikmati hingga Desember 2018 seharga Rp 15.000 sudah bisa makan seporsi teh hangat tawar, nasi dan tiga lauk pauk yang dipilih sendiri tidak termasuk ayam goreng dan ikan.
Jika datang pagi hari, Anda bisa menikmati segelas teh manis hangat dengan kue basah yang juga bisa dibeli di sini.
Anda juga bisa menemukan warteg ini di layanan pesan antar makanan online jika malas membeli langsung.
Ia mengatakan jika dalam sehari bisa mencapai 30 orang pembeli dengan omset kotor Rp 2.000.000.
Ke depan, Henny ingin mengembangkan wartegnya dengan cara franchise. Sebelum itu, ia sedang mengurus untuk mematenkan merek Warteg 313 dalam jangka 1,5 tahun ke depan.
Jika dalam waktu tersebut tidak ada yang mengklaim merek tersebut, ia akan membuka cabang ke dua di Sambas pada 2019.