Bila datang dari Kota Surabaya, wisatawan bisa naik bus dari Terminal Bungurasih ke Terminal Bayuangga, Probolinggo. Biaya tiket bus ke Probolinggo berkisar Rp 20.000 per orang.
Dari Terminal Bayuangga, wisatawan bisa melanjutkan dengan moda transportasi yang dikenal dengan sebutan Bison. Bison merupakan sejenis mobil elf dengan kapasitas hingga 15 orang dengan biaya sekitar Rp 30.000 untuk menuju Cemoro Lawang.
Bila menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan bisa melewati Jalan Pasuruan-Probolinggo hingga bertemu pertigaan ke arah Cemoro Lawang di sisi kanan jalan. Setelah itu, rute yang dilewati yaitu jalan yang beraspal relatif mulus, berkelok, menanjak, dan menyempit di beberapa titik.
(Baca juga: Pernahkah Anda ke Bromo Tanpa Sewa Mobil, Pakai Ojek atau Naik Kuda?)
Perjalanan dari pertigaan jalan besar Pasuruan – Probolinggo ke Cemoro Lawang berkisar satu jam. Karena medan jalan yang menanjak berkelok dan tak jarang berkabut, pengendara mesti berhati-hati dan mengecek kondisi kendaraan bila memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Di Cemoro Lawang, wisatawan bisa berjalan kaki menuju Bukit Mentigen dari penginapan. Bila memilih menggunakan ojek dari Paguyuban Ojek Bromo, biaya yang perlu disiapkan yaitu Rp 50.000 dari pelataran lapangan parkir Bukit Mentigen dan Rp 75.000 dari penginapan untuk pergi pulang.
(Baca juga: Terpikat Kehangatan Bromo-Tengger)
Biaya administrasi masuk ke Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, wisatawan perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 27.500 untuk hari kerja dan Rp 32.500 untuk hari libur per orang.
(Baca juga: Alternatif Transportasi ke Bromo Selain dari Bandara Malang)
Tempat makan di sekitar Cemoro Lawang juga tersedia bahkan ada yang 24 jam. Wisatawan bisa menemukan makanan-makanan nasi serta lauk pauk, bakso, maupun mi instan. Tak perlu takut kelaparan saat berwisata di Cemoro Lawang.
Usahakan untuk tidak tidur terlalu larut bila ingin berburu matahari terbit. Perhitungkan waktu bangun pada pagi hari dengan waktu tempuh perjalanan ke Bukit Mentigen.
Bukit Mentigen tak seperti titik pengamatan matahari terbit lain seperti Bukit Penanjakan. Dari Cemoro Lawang, Bukit Mentigen tak perlu bermacet-macetan di perjalanan menggunakan mobil four wheel drive.
(Baca juga: Jangan Takut Berlibur ke Gunung Bromo)
Pastikan perlengkapan seperti jaket, sarung tangan, syal, penutup kepala seperti kupluk dibawa bila tak ingin terpapar suhu dingin. Bila musim kemarau, suhu di Bromo bisa mencapai 10 derajat celcius.
(Baca juga: Mentari Pagi Bromo, Pesona Tengger)
Sementara, waktu terbaik untuk kunjungan khusus melihat matahari terbit yang terbaik ialah di musim kemarau, yaitu bulan Juni, Juli, Agustus, dan puncaknya pada bulan September. Jika sudah masuk musim hujan, hujan bisa turun dan kabut lebih banyak menutupi indahnya matahari terbit.
Jadi kapan kalian berburu foto matahari terbit di Bukit Mentigen?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.