BORONG, KOMPAS.com — Pulau Flores sangat terkenal dengan madu hutannya. Hutan di Pulau Flores sebagai tempat bersarangnya madu khas Pulau Flores. Pohon khusus sebagai sarang lebah ada di seluruh hutan Pulau Flores, mulai dari Flores Timur sampai di Flores Barat.
Selain lebah yang bersarang di pohon di tengah hutan atau di perkebunan milik masyarakat, ada juga lebah tanah yang bersarang di bawah tanah. Lebah yang bersarang di pohon dan lubang tanah berukuran besar.
Belum lama ini desk Travel Kompas.com menurunkan edisi khusus tentang liputan madu di Kabupaten Flores Timur. Liputan khusus tentang keunikan madu Flores Timur menggugah pembaca Kompas.com di seluruh Pulau Flores.
Baca juga: Serunya Ikut Memanen Madu Hutan Flores, Sempat Disengat Lebah!
Informasi seputar liputan budidaya lebah di Flores Timur ini menarik minat seorang pegawai Dinas Pertanian di Kabupaten Manggarai Timur, Flores Barat, Nusa Tenggara Timur, Yosense Baos.
Baca juga: Lekatnya Flores Timur dengan Madu Hutan
Tak lama kemudian, Yosense Baos pulang dari kebunnya dengan membawa pisang ke rumahnya yang bersebelahan dengan rumah adiknya itu.
Tak lama sesudah itu, Yosense Baos yang biasa disapa Sense Baos menginformasikan bahwa selama ini dia membaca kisah seorang yang membudidayakan lebah di Kabupaten Flores Timur di media Kompas.com.
Baca juga: Jangan Salah, Ini Cara Bedakan Madu Hutan Murni dengan Oplosan
“Saya mau menginformasikan bahwa ada lebah yang langka di samping rumah. Lebah itu berukuran sangat kecil seperti lalat. Orang lokal di kawasan Selatan Manggarai Timur menyebutnya Kuan Tana.
Yosense Baos, Pegawai Dinas Pertanian Kabupaten Manggarai Timur kepada Kompas.com, Minggu (11/11/2018) di kediamannya menjelaskan, dirinya mulai membudidayakan kuan tana di samping rumahnya sejak 2104.
Lebah lalat sangat unik dan langka karena berada di lubang batu, lubang tanah dan bambu kering. Lebah lalat yang ada di samping rumahnya berada di dalam bambu kering.
“Saya terus amati proses pembiakan lebah itu dan proses menghasilkan air madunya. Induk dan anak-anak lebah itu tidak pernah pindah ke lubang lainnya. Hanya bertumpuk dalam satu lubang bambu. Saya siapkan lubang lain di bambu kering itu tetapi induknya tidak berpindah. Inilah keunikan dari lebah lalat atau kuan tana tersebut,” katanya.
Dia melanjutkan, sejak 2014 lalu dirinya panen madu dalam waktu enam bulan sekali. Hasil panenannya sekitar 1,2 liter. Rasa madunya sangat sedikit asam karena induk lebah sering mengambil bahan-bahan dari daun mangga, bunga pepaya dan lain sebagainya. Induk lebah mengambil sari dengan gado-gado karena dari berbagai daun yang ada di sekitar rumah.
“Saya melakukan secara pribadi di samping rumah. Saya juga tidak tahu apa namanya di Pulau Jawa lebah seperti ini. Kalau orang Kolor menyebutnya kuan tana atau lebah lalat. Uniknya, lebah lalat ini hanya berada dalam satu lubang bambu saja,” katanya.
Yosense menjelaskan, air madunya sangat cocok diminum oleh anak-anak. "Anak saya yang masih kecil senang minum air madunya," katanya.
“Anak-anak di dalam rumah maupun anak dari kakak saya itu suka minum madu kuan tana yang dipanen sekali dalam enam bulan," tambah Petrus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.