Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jojong, Kuliner Tradisional Flores Barat yang Makin Langka

Kompas.com - 15/11/2018, 08:05 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Geong menjelaskan, biasanya cara mengolah Jojong, orangtua mengambil ubi kayu. Kulit luarnya dibersihkan. Ubi kayu yang sudah dibersihkan itu dibelah menjadi kecil. Orang lokal menyebut koil atau kuil.

Selanjutnya ubi kecil itu dijemur agar kandungan airnya tidak ada di dalam ubi tersebut. Kemudian, ubi kecil yang sudah kering ditumbuk menjadi tepung.

Jika sudah menjadi tepung halus maka tepung diperas untuk memisahkan tepung-tepungnya. Selanjutnya tepung halus itu dimasak. Lantas dihidangkan kepada anak-anak atau anggota keluarga yang mengunjungi rumah tersebut.

Begitu pun olahan jojong jagung. Geong menjelaskan, zaman itu yang sangat mudah dilakukan oleh orangtua adalah membuat kadea sero, bahasa lokal untuk jagung goreng. Dahulu, penghasil utama para petani di seluruh Manggarai Raya adalah jagung. Jagung lebih dulu dipanen dan kemudian panen padi atau woja.

“Saat ini saya amati bahwa hidangan jojong di kampung-kampung sudah jarang dihidangkan. Ini merupakan kekhawatiran bahwa hidangan tradisional warisan leluhur ini perlahan-lahan punah di tengah arus era kue modern yang datang dari luar," katanya.

"Jika hidangan jojong tidak lagi menjadi kebiasaan keluarga di kawasan Manggarai Raya, maka alat-alat tradisional seperti ghalu alu (alat tumbuk) dan ngensung atau lesung (tempat untuk menumbuk yang terbuat dari kayu) perlahan-lahan akan punah," sambungnya.

Dosen Universitas Cendana (Undana) Kupang, Dr Marsel Robot kepada KompasTravel, Rabu (14/11/2018) menjelaskan, hasil pengamatannya di seluruh kampung di wilayah Manggarai Timur bahwa kurang lebih 20 tahun belakangan ini, keluarga di kampung-kampung tidak lagi menghidangkan jojong walaupun masih menanam jagung dan ubi kayu di lahan kering dan ladang-ladang.

“Saya memiliki kekhawatiran di masa depan kuliner khas di Manggarai Timur khususnya dan Manggarai Raya umumnya bahwa warisan leluhur yang unik dan langka ini perlahan-lahan hilang di tengah arus kuliner modern dari luar Manggarai Raya. Warisan hidangan tradisional yang dimiliki kaum perempuan di Flores Barat ini sangat berbeda dengan daerah lain di Indonesia," katanya.

Marsel berharap, pemerintah setempat terus mengembangkan kuliner-kuliner lokal sebagai identitas suatu daerah.

“Geliat pariwisata yang terus meningkat dimana wisatawan asing dan Nusantara serta peminat kuliner lokal selalu bertanya, dimana restoran pangan lokal di seluruh Manggarai Raya. Bahkan sejumlah media televisi, cetak dan online yang datang dari Jakarta selalu mencari pusat kuliner lokal di Manggarai Raya. Saat mereka menanyakan itu, kita bingung menjawabnya karena belum ada restoran pangan lokal,” kata Marsel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com