Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Unik, Rapat Koordinasi Geopark Indonesia Digelar di dalam Goa

Kompas.com - 17/11/2018, 09:07 WIB
Markus Yuwono,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ada yang unik dilakukan oleh puluhan pengelola Geopark di Indonesia, mereka melakukan Rapat Koordinasi Geopark Nasional dilakukan di dalam Goa Rancang Kencana, di Bleberan, Kecamatan Playen, Gunungkidul, Yogyakarta. Dalam pertemuan ini diharapkan bisa mensinergikan seluruh pengelolan geopark di Indonesia.

Deputi Koordinasi Sumberdaya Manusia, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin mengatakan, pertemuan di Gua yang sudah dihuni tiga generasi ini karena ingin menunjukkan secara langsung pengelolaan Gunung Sewu Unesco Global Geopark.

"Selama ini rapat di kantor, kita ubah mending langsung kelapangan untuk melihat keberhasilan pengelolaan geopark,"katanya ditemui disela Rakor Geopark Indonesia di Goa Rancang Kencono, Bleberan, Playen, Jumat (18/11/2018)

"Karena diantara global geopark yang ada yang paling maju Gunungsewu, maka Gunungsewu yang kami lihat sebagai barometer," ujarnya.

Deputi Koordinasi Sumberdaya Manusia, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin Kompas.com/Markus Yuwono Deputi Koordinasi Sumberdaya Manusia, Iptek dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Safri Burhanuddin

Menurut dia rakor ini diharapkan bisa menjadi bagian pengembangan geopark secara menyeluruh di Indonesia.

Saat ini sudah ada 4 Geopark di Indonesia yang diakui Unesco adapun diantaranya Geopark Batur di Bali, Gunung Sewu di tiga Propinsi yakni DIY, Jateng, dan Jatim. Geopark Rinjani, NTB, dan Geopark Ciletuh, Jawa Barat.

Untuk Geopark tingkat Nasional ada 7 yakni Geopark Marangin, Jambi; Geopark Raja Ampat, Papua; Tambora, NTB; Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan; Danau Toba, Belitung, dan Bojonegoro

Selama ini tantangan yang dialami dalam pengembangan Geopark di Indonesia. Tantangan tersebut dinilainya lebih kepada sinergitas antara pemanfaatan alam dan mengajak masyarakat untuk membantu menjaga keseimbangan alam kawasan Geopark.

"Paling banyak tantangannya ya dari kita sendiri, artinya kadang kita menerima tapi kita belum mau bersinergi dan berjalan sendiri (dalam pengelolaannya). Contoh, seperti membangun Taman Nasional dan Cagar Alam hanya tonjolkan konservasi dan tidak kepada kehidupan manusia di sekitarnya," katanya.

Air Terjun Sri Gethuk, Gunung Kidul, Yogyakarta.KOMPAS.Com/RAHMAT FIANSYAH Air Terjun Sri Gethuk, Gunung Kidul, Yogyakarta.

"Begitu juga membangun daerah pertokoan, hanya tonjolkan sisi manusianya dan kawasan alamnya tidak dipedulikan. Jadi harus ada keseimbangan untuk menjaganya (Geopark), karena kita harus memuliakan bumi dan mensejahterakan masyarakat,"ujarnya

Klaim Pengentasan Kemiskinan

Safri mengatakan, jika dilihat dari pengembangan pariwisata di Geopark Gunung Sewu, perkembangannya cukup signifikan. Sedikit banyak membantu mengurangi angka kemiskinan.

"Kemiskinan di sini (Gunungkidul) angkanya menurun cukup signifikan,"ucapnya

Jika merujuk data Pemerintah Kabupaten Gunungkidul pada 2016 diketahui angka kemiskinan 19,34 persen, kini 2018 menjadi 18,65 persen.

Pemerintah menargetkan sampai 2021 nanti di kisaran angka 15 persen. Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Asty Wijayanti mengatakan, belum ada penghitungan secara detail mengenai dampak penetapan status Gunung Sewu Unesco Global Geopark tahun 2015 lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com