YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Selasa (20/11/2018) siang, matahari bersinar cukup terik di langit kota Yogyakarta. Informasi dari BMKG menyebutkan suhu berkisar antara 23 - 33 derajat celcius.
Kondisi ini cukup panas. Rasanya paling pas untuk mendinginkan tenggorokan dengan menikmati suguhan yang segar.
Salah satu jajanan cukup murah dan menyegarkan tubuh dalam suasana terik, seperti saat ini, adalah es dawet hitam.
Seperti namanya, buliran cendol dawet dari es ini berwarna hitam. Rasanya manis sedikit gurih dengan campuran santan dan dingin karena es batu.
Satu di antaranya ada di jalan DI Panjaitan, Mantrijeron. Penjualnya bernama Kristiani, warga asli Butuh, Purworejo.
Kepada tribunjogja.com, Ani, sapaan akrab Kristiani, mengaku berjualan es dawet hitam di kota pelajar sudah sejak empat tahun silam. Tepatnya tahun 2014.
Meskipun sudah cukup lama jualan di Yogyakarta, beberapa bahan-bahan pembuatan dawet, diakui Ani, masih didatangkan langsung dari Purworejo. Tujuannya, untuk tetap menjaga kualitas dan cita rasa.
"Gula aren atau gula merah masih bawa dari Purworejo. Di sini [Yogyakarta] belum nemu rasa gula yang cocok," katanya.
Ani menjelaskan, Dawet hitam yang ia jajakan terbuat dari tepung ganyong (sejenis umbi-umbian) dan dipadukan dengan tepung oman (tepung merang).
Tepung oman ini yang menjadikan warna dari cendol berwana hitam legam.
Bicara soal rasa, dawet hitam memiliki tekstur lembut dengan dominasi rasa manis gula aren. Kuahnya juga terasa segar dan sedikit gurih karena campuran santan.
Selain rasa original, si hitam manis juga bisa dinikmati dengan campuran toping buah. Semisal buah durian, nangka atupun buah lain kesukaan. Kata Ani, rasanya akan jauh lebih enak.
"Atau bisa juga dicampur dengan tape ketan, enak," kata Ani.
Menariknya, dawet hitam buatan Ani tidak disajikan dengan menggunakan mangkuk beling pada umumnya, melainkan mangkuk kecil yang terbuat dari tanah liat. Tampilannya lebih menarik dan mengundang selera.
Satu porsi dawet hitam dijual dengan harga cukup murah, hanya Rp 5 ribu saja.