JAKARTA, KOMPAS.com - Esa (28) tuna netra pengajar di Yayasan Mitra Netra memberi instruksi sebelum memasuki ruang makan di Fairmont Jakarta. Beberapa terlihat berbaris sambil memegang pundak rekan di depannya.
"Pegang pundak saya, seperti main kereta-keretaan. Di dalam akan gelap sekali, saya akan membantu untuk membawa teman-teman ke kursi dan meja makan. Di sana saya juga akan mebimbing untuk cara makannya," kata Esa ditemui di acara jumpa pers Dining in The Dark, Fairmont Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Saya bersama rekan wartawan lainnya mengikuti instruksi Esa. Ini kali pertama kami mencoba makan tanpa cahaya sama sekali. Ini juga kali pertama Esa membimbing orang lain untuk bersantap dalam kegelapan total.
Kesempatan langka bersantap dalam kegelapan, dibimbing teman-teman penyandang tuna netra kami rasakan di Fairmont Jakarta yang bekerja sama dengan Yayasan Mitra Netra.
Ada enam orang penyandang tuna netra, termasuk Esa yang masing-masing membantu empat orang wartawan. Ini juga menjadi latihan untuk acara Dining in The Dark digelar resmi Senin (3/12/2018).
"Kami latihan tiga kali selama dua minggu ini. Sebelumnya saya belum pernah untuk membantu makan di kegelapan, tetapi pernah untuk masuk blind room. Membantu orang merasakan barang-barang, seperti tuna netra merasakan barang," cerita Esa.
Sampai di ruang makan yang gelap gulita, kami diantar Esa untuk duduk di bangku masing-masing. Ia kemudian menjelaskan letak piring, gelas, serbet, dan makanan di meja kami.
Kami meraba semuanya sesuai instruksi Esa. Ketika momen bersantap dimulai, ada peserta yang memilih untuk berbicara, mengobrol tentang pengalamannya, ada yang memilih untuk diam.
Saya dan tiga rekan lainnya yang duduk semeja memilih makan dengan khusyuk. Mengandalkan indra lain selain penglihatan. Meraba setiap sudut alat makan, menggunakan jari untuk tahu batasan air minum di gelas, dan membantu mengetahui jenis makanan yang kami santap.
"Bagaimana rasanya makan di kegelapan?" kata Esa selesai kami makan.
Selain gugup takut menyenggol alat makan dan jatuh, makan dalam kegelapan ternyata memberi pengalaman yang berbeda.
Ketika tidak melihat makanan, otomatis yang diandalkan adalah indra peraba, peciuman, dan perasa.
Saya fokus mengunyah. Mencari tahu apa yang disantap. Setiap kunyahan mengeluarkan rasa dan aroma yang familiar dari bumbu masakan, serta tekstur makanan. Semua jadi lebih terasa dibanding bersantap dengan cahaya normal.
Lebih dari itu, bersantap dalam kegelapan juga memberi rasa syukur. Setiap kunyahan jadi lebih dirasakan dan menyadarkan bahwa masih hidup dan sehat untuk bersantap dengan normal.
Dalam gelap saya juga bersyukur ada suara Esa yang tenang dan membimbing kami semua, untuk sampai ke luar ruang makan.
Pada akhirnya makan dalam kegelapan bukan cuma soal makan dalam kondisi berbeda, tetapi berjalan bersama teman-teman tuna netra.
Saling membantu dan mematahkan stigma di masyarakat yang memandang penyandang disabilitas kurang produktif. Ada saat ketika semua saling membutuhkan, satu sama lain contohnya ketika makan dalam kegelapan.
Prosedur Ikut Serta
Dengan membayar Rp 2,5 juta ++ per orang, tamu dapat mencoba sensasi bersantap dalam kegelapan yang diselenggarakan Senin (3/12/2018).
Para pramusaji dan penuntun tamu tak lain adalah rekan tunanetra yang sudah mendapat pelatihan. Baik untuk penyajian makanan dan juga cara berkomunikasi dengan baik layaknya pekerja di industri perhotelan.
Ada 12 set course menu yang dibuat oleh tim kuliner Fairmont untuk disantap oleh para tamu. Mulai dari makanan pembuka sampai makanan penutup.
Selain menjajal pengalaman makan dalam kegelapan, dana yang dikumpulkan akan didonasikan ke program CSR Accor Hotels, A Tree for A Child, yaitu rumah penampungan untuk anak-anak di bawah umur yang ada di Jakarta dan Bali.
"Acara ini membangun empati bagaimana sebagai tuna netra dan memberi kepercayaan, menghilangkan mitos di masyarakat yaitu tuna netra tidak bisa menjadi manusia produktif," kata Kepala Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.