Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah TN Alaspurwo, Salah Satu Situs Geopark Nasional di Banyuwangi

Kompas.com - 02/12/2018, 16:18 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Antara tahun 2009 hingga 2013, ajag memangsa babi hutan di wilayah Plengkung, lalu pada tahun 2013 hingga 2015, populasi babi menurun sehingga ajag beralih memangsa rusa di sadengan dan ketika jumlah rusa menurun, sejak tahun 2015 hingga 2017, ajag mulai beralih memangsa banteng di Sadengan.

"Satu kelompok ajag terdiri dari 6 sampai 8 ekor ajag. Ini semacam rantai makanan jika ada satu yang rusak maka lingkaran rantai makanan akan berubah," jelas Banda.

Aktivitas banteng di Sadengan mengikuti musim. Bahkan banteng bisa terpantau beraktivitas di Sadengan mulai pagi hingga pagi lagi karena di Sadengan tersedia sumber pakan dan air.

Bukan hanya rumput, kulit pohon dan dedaunan tertentu tapi juga rebung yang tumbuh sekitar bulan Januari dan Februari.

Jumlah banteng akan terlihat banyak saat musim kemarau karena cadangan air di dalam hutan sulit ditemukan sehingga mereka semua turun ke Sadengan untuk mencari sumber air.

Sementara untuk kematian banteng, menurut Banda disebabkan karena berusia tua, faktor alam seperti predator ajag dan cuaca, serta salah makan.

"Banteng jika salah makan bisa masuk angin dan menimbulkan kematian. Namun sampai berapa usia tertua banteng masih belum ada penelitian khusus. Biasanya kita hanya mengira-ngira usia dari bentuk tanduk," jelas Banda.

Banteng yang merumput di Sadengan TN Alaspurwo Banyuwangi, JatimKOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Banteng yang merumput di Sadengan TN Alaspurwo Banyuwangi, Jatim
Selain banteng, di Sadengan juga menjadi konsentrasi jenis satwa lainnya yaitu macan tutul, ajag, dan elang jawa.

Melihat Taman Nasional Alaspurwo dari Udara

Selain Sadengan, aktivitas hewan liar juga bisa dipantau di blok Jatipapak Resort Kucur TN Alaspurwo. Bahkan di blok Jatipapak juga terdapat pesawat kecil yang bisa digunakan untuk memantau TN Alaspurwo dari atas.

Noviani Utami, kepala SPTNI wilayah II Muncar kepada Kompas.com menjelaskan runway ‘airstrip’ dibuat pada tahun 2012.

Setelah pembukaan runway tersebut, ditemukan banyak kotoran banteng di sekitar landasan sehingga dibuat empat bak minum satwa dan pemasangan kamera pada tahun 2015 dan terekam ada beberapa satwa liar yang datang ke ‘airstrip’ antara lain macan tutul, king kobra, elang brontok, rusa, babi kutil dan banteng.

“Untuk banteng yang terlihat atara 40 hingga 12 ekor dalam sekali pengamatan namun yang terbanyak adalah saat malam hari. Jika siang atau sore jarang ada,” jelas Noviani.

Pesawat kecil yang ada di blok Jatipapak, menurut Noviani, sangat bermanfaat untuk memantau keadaan taman nasional dari atas terutama di wilayah yang sulit terjangkau.

Selain itu juga untuk mendeteksi kebakaran hutan dari udara, melihat kerapatan hutan dan memantau kerusakan hutan karena pembalakan liar serta sangat efektif untuk melihat apakah banteng di Sadengan apakah satu kelompok dengan banteng yang ada di Jatipapak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com