JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Pegunungan Arfak belum setenar Raja Ampat sebagai destinasi wisata nomor wahid di Papua Barat. Meski demikian, belum populernya Pegunungan Arfak sebagai destinasi wisata rupanya menawarkan eksotisme tersendiri.
Bagi pencinta fotografi niscaya tak mampu berpaling dari keindahan alamnya yang belum banyak dijamah serta keunikan budaya penduduknya.
Salah satu obyek wisata yang menawarkan panorama untuk berburu foto yakni di sekitaran Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gida. Sepasang danau ini terletak berdampingan di dua distrik yang bertetangga, yakni Distri Anggi dan Distrik Anggi Gida, dipisahkan oleh sekat perbukitan.
Dua Danau Anggi terbilang merangkum seluruh eksotisme Pegunungan Arfak. Berikut panduan KompasTravel berdasarkan pengalaman berkunjung ke Danau Anggi bersama Mapala UI untuk wisatawan yang ingin berburu foto.
Opsi sewa sehari penuh menjadi pilihan bijak bagi wisatawan agar lebih leluasa menemukan angle dan waktu terbaik mendokumentasikan Anggi. Waktu normal untuk mengelilingi Danau Anggi Giji ditempuh selama 3 jam.
Sementara itu, mengelilingi Danau Anggi Gida perlu waktu yang lebih lama akibat medan yang lebih sulit. Bahkan beberapa titiknya hanya dapat dicapai dengan menyeberangi danau menggunakan perahu penduduk setempat.
Wisatawan yang berkemah di tempat ini akan mendapat banyak foto dengan hasil yang maksimal. Di malam hari, kawasan Anggi dan Pegunungan Arfak yang nyaris gelap total menampakkan taburan bintang-gemintang secara cemerlang tanpa penghalang.
Bahkan, jika cuaca sedang cerah, wisatawan dapat meneropong sabuk bima sakti.
Pagi harinya, sedikit berjalan kaki menuju arah Anggi Gida, wisatawan akan mendapati serbuan embun yang menggelayut di kelopak aneka bunga warna-warni yang juga bermandikan cahaya fajar. Panorama danau pun tampak amat anggun dikecup emasnya mentari pagi.
Wisatawan berkesempatan diajak ikut bermain bola, bertani, menangkap ikan, bahkan mempraktikkan kemahiran memanah menggunakan panah tradisional.
Penduduk setempat pun takkan segan memberi tawaran menginap di rumah kaki seribu, rumah tradisional Arfak, sampai mengajak wisatawan menari “tumbuk tanah” sebagai simbol persahabatan.
Kesempatan itu cocok untuk para penggandrung fotografi human interest.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.