Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegigihan Masyarakat di Balik Destinasi Wisata Populer Pulepayung

Kompas.com - 16/12/2018, 15:14 WIB
Dani Julius Zebua,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

"Kasihan yang sepuh. Kami pun satu semangat, satu misi. Mari kita bikin lapangan kerja di kampung sendiri yang bisa menghasilkan terus menerus," katanya.

Kebetulan saat itu Hargotirto tumbuh beberapa obyek wisata panorama dari ketinggian. "Saat itu Kalibiru berkembang hebat," katanya.

Kalibiru destinasi panorama dari ketinggian yang tak jauh dari Soropati.

Sisi gunung di Soropati dianggap tak kalah dengan Kalibiru. Mereka pun membuat wisata panorama di sana.

"Hasil jadi TKI lumayan Mas. Tapi hasil dari ini (membuat Pulepayung) lebih bagus," katanya.

Keputusan itu agaknya tidak salah. Mereka bikin Pulepayung dari nama pohon Pule yang tumbuh di sana. Pohon jenis pohon perdu yang bisa digunakan untuk berteduh.

Mereka bangun kawasan wisata seluas 2 hektar milik 15 warga dusun. Mereka komitmen membangun dengan tidak mengupas lahan dan hanya memanfaatkan pupuk kompos warga. Mereka bekerja sama dengan ahli geologi UGM untuk memastikan pembangunan obyek wisata tidak merusak kawasan yang memang berbentuk jurang yang sangat terjal.

Seiring perkembangan swafoto, Kelompok Tani Mantep Makaryo terus menambah wahana atau spot swafoto. Semua wahana berdiri pada tonggak dengan cor cakar ayam.

Kini ada 9 spot dengan tema berbeda yang semuanya berlatar panorama Sermo hingga laut Selatan. Spot itu, Angkasa, Wolu, Jembatan Syurga, Lolipop, Wood Golf, Giant Swing, Flying Fox, maupun Mini Tree Top. Juga spot sepeda yang menjadi ikon Pulepayung.

"Selain itu ada terbaru Wood Golf dan Jogja Giant Swing, yang kami buka mulai Desember ini," kata Eko.

Spot Bintang dan Jeep Wilis di Kalibiru 2 di dekat destinasi Pulepayung. Kalibiru 2 akan beroperasi  pada sehari setelah lebaran. Dokumentasi Pokdarwis Kalibiru Spot Bintang dan Jeep Wilis di Kalibiru 2 di dekat destinasi Pulepayung. Kalibiru 2 akan beroperasi pada sehari setelah lebaran.

Pulepayung heboh di media sosial. Pengunjung bisa antara 250 - 800 orang per hari.

"Pengunjung dalam dan luar negeri beda tipis. Fifty-fifty," tambahnya.

Spot Angkasa salah satu yang paling disukai banyak orang. Pasalnya, pengunjung jadi lebih leluasa bergaya di luasan panggung 24x9 meter. Bahkan dalam jumlah orang yang banyak.

"Saya sering ke mari sambil membawa teman. Spot Angkasa paling menarik karena bisa bebas dan ukurannya besar. Bisa menampung banyak orang," kata Ana Septiani, karyawan pabrik di Kabupaten Bantul, DIY yang berumur 23 tahun.

Alhasil, warga dusun lah yang merasa diuntungkan. Masing-masing pemilik lahan dapat penghasilan tambahan antara Rp 6-15 juta per bulan lewat bagi hasil. Belum lagi bila mereka membuka rumah makan di sana. Destinasi juga menyedot 50 pemuda dusun jadi karyawan.

Belakangan, warga Soropati tengah mengembangkan diri jadi smart village. Konsep di mana semua potensi dusun, baik hasil tani, ternak, maupun turunannya, juga potensi wisata, didorong untuk terus dipasarkan secara online.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com