5. Mengebumikan jenazah tanpa kuburan
Sama seperti penduduk di kota, suku Baduy Luar juga punya lahan untuk pemakaman jenazah. Namun, lahan itu berada di belantara hutan dan tidak diberi tanda seperti gundukan atau tancapan batu nisan sebagaimana lazimnya.
Usai menggali liang kubur, warga Baduy Luar akan meratakan lahan kuburan ke bentuk semula.
Selang tujuh hari, mereka akan membiarkan lahan tersebut ditumbuhi tumbuhan, bahkan memakai lagi lahan tersebut buat berladang.
Baca juga: Mau Berkunjung ke Baduy? Taati Peraturannya...
6. Belum pernah dilanda krisis pangan
Suku Baduy Luar tidak menanam padi di sawah atau lahan basah tetapi di ladang yang relatif kering. Akibatnya, jenis padi yang dihasilkan pun berbeda dengan padi-padi pada umumnya.
Padi ini dikenal sebagai padi huma atau gogo. Selain ditanam di lahan kering, padi huma tidak diberi pupuk kimia sama sekali.
Usai panen raya, padi-padi ini disimpan hanya untuk kebutuhan keluarga di sebuah lumbung yang dinamakan leuit.
Konon, gabah yang disimpan di leuit mampu bertahan hingga satu abad karena tiadanya kandungan air sama sekali. Ini sebabnya, belum pernah ada catatan krisis pangan yang dialami suku Baduy Luar.
Baca juga: Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Masyarakat Baduy Syukuri Hasil Bumi