Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Pola Budaya yang Bisa Ditemukan di Kehidupan Suku Baduy

Kompas.com - Diperbarui 07/08/2021, 13:45 WIB
Vitorio Mantalean,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suku Baduy yang bermukim di Perbukitan Kendeng, Kecamatan Lebak, Provinsi Banten terdiri dari suku Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Orang-orang Baduy masih begitu kuat menggenggam tradisi turun-temurun dari leluhur mereka. Suku Baduy Dalam malah sama sekali tidak mengizinkan penggunaan benda-benda dari luar kampung mereka.

Baca juga: Saba Budaya Baduy Gantikan Wisata Baduy, Apakah Itu?

Sementara itu, suku Baduy Luar cenderung lebih toleran terhadap pengaruh asing. Wisatawan diizinkan memakai benda-benda yang dibawa ketika bertandang ke perkampungan Baduy Luar.

Meski begitu, suku Baduy Luar juga memilih tetap menjaga hubungan serasi dengan alam yang telah menjadi warisan para leluhur.

Berikut KompasTravel merangkum ragam keragaman budaya yang bisa ditemukan di Baduy.

Seorang gadis tengah mencuci pakaian di Sungai Ciujung.KOMPAS.COM / VITORIO MANTALEAN Seorang gadis tengah mencuci pakaian di Sungai Ciujung.

1. MCK alami

Suku Baduy Luar tidak mempunyai kakus di dalam rumahnya. Bilik untuk mandi yang terdapat di beberapa titik di tepi sungai pun tidak menyediakan lubang khusus buang air.

Namun, beberapa rumah yang khusus diperuntukkan bagi tamu atau wisatawan dari luar kampung, terkadang dilengkapi fasilitas kakus meskipun sekadarnya. 

Baca juga: Mengenal Tenun Baduy yang Mendunia

2. Tak ada apotek? Bukan masalah berarti!

Pegunungan Kendeng yang menjadi tempat bermukim suku Baduy Luar rupanya betul-betul sumber kehidupan. Selain menyediakan air berlimpah, tanaman obat yang tumbuh liar pun tak kalah banyak.

Ada daun kaca piring buat meredakan demam, daun berenuk untuk sakit kepala, pangkal sirih sebagai obat mata, hingga pangkal tangkai daun salak yang mujarab menyumbat diare.

"Semua jenis tanaman obat harus diminum dengan air mentah," terang Jakam, warga Baduy Luar yang menetap di Kampung Cicakal, kepada KompasTravel saat berkunjung pada Desember 2018.

Baca juga: Jangan Sembarangan Foto di Baduy dan Aturan Adat Lainnya

 

Suku Baduy terlihat di Kampung Cicakal Muara, Desa Kanekes, Keluarahan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (7/2/2010). Nama Baduy diambil dari nama sungai Cibaduy yang melewati wilayah tersebut. Masyarakat Baduy menganut kepercayaan Sunda Wiwitan.KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Suku Baduy terlihat di Kampung Cicakal Muara, Desa Kanekes, Keluarahan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, Minggu (7/2/2010). Nama Baduy diambil dari nama sungai Cibaduy yang melewati wilayah tersebut. Masyarakat Baduy menganut kepercayaan Sunda Wiwitan.

3. Memasak dengan kayu bakar

Kayu bakar menjadi salah satu bahan pokok yang mesti dipenuhi untuk kebutuhan sehari-hari suku Baduy Luar.

Meski sudah mengenal praktik membeli makanan dari luar kampung, suku Baduy Luar masih memakai cara tradisional dalam mengolahnya, yakni menggunakan kayu bakar.

Oleh sebab itu, stok kayu bakar harus selalu tersedia di dapur maupun bagian belakang rumah.

Baca juga: Bagaimana Perubahan Baduy Sejak Menjadi Kawasan Wisata?

4. Arsitektur kukuh tanpa semen

Bahan-bahan konstruksi semacam batu bata atau semen yang lazim digunakan di kota tidak akan ditemui di perkampungan Baduy Luar.

Fungsi semen dan batu bata digantikan oleh kayu, bambu, dan bahan-bahan alami lainnya.

Potongan-potongan kayu dipakai untuk menopang rumah. Anyaman bambu digunakan sebagai lantai dan dinding rumah.

Sementara itu, bilah-bilah bambu bahkan sanggup dirangkai membentuk jembatan besar yang melintangi sungai.

Baca juga: Ini Oleh-oleh yang Bisa Dibawa dari Baduy

Untuk merekatkan bahan-bahan tadi, warga Baduy Luar menggunakan serat rotan atau serat kayu yang dapat dengan mudah diperoleh dari hutan.

 

Seorang wisatawan berfoto di atas jembatan yang dibangun dari bilah-bilah bambu.KOMPAS.COM / VITORIO MANTALEAN Seorang wisatawan berfoto di atas jembatan yang dibangun dari bilah-bilah bambu.

5. Mengebumikan jenazah tanpa kuburan

Sama seperti penduduk di kota, suku Baduy Luar juga punya lahan untuk pemakaman jenazah. Namun, lahan itu berada di belantara hutan dan tidak diberi tanda seperti gundukan atau tancapan batu nisan sebagaimana lazimnya.

Usai menggali liang kubur, warga Baduy Luar akan meratakan lahan kuburan ke bentuk semula.

Selang tujuh hari, mereka akan membiarkan lahan tersebut ditumbuhi tumbuhan, bahkan memakai lagi lahan tersebut buat berladang.

Baca juga: Mau Berkunjung ke Baduy? Taati Peraturannya...

6. Belum pernah dilanda krisis pangan

Suku Baduy Luar tidak menanam padi di sawah atau lahan basah tetapi di ladang yang relatif kering. Akibatnya, jenis padi yang dihasilkan pun berbeda dengan padi-padi pada umumnya.

Padi ini dikenal sebagai padi huma atau gogo. Selain ditanam di lahan kering, padi huma tidak diberi pupuk kimia sama sekali.

Usai panen raya, padi-padi ini disimpan hanya untuk kebutuhan keluarga di sebuah lumbung yang dinamakan leuit.

Konon, gabah yang disimpan di leuit mampu bertahan hingga satu abad karena tiadanya kandungan air sama sekali. Ini sebabnya, belum pernah ada catatan krisis pangan yang dialami suku Baduy Luar.

Baca juga: Seba Baduy, Tradisi Ratusan Tahun Masyarakat Baduy Syukuri Hasil Bumi

 

Seorang pria Baduy Dalam sedang menjajakan durian di perkampungan Baduy Luar.KOMPAS.COM / VITORIO MANTALEAN Seorang pria Baduy Dalam sedang menjajakan durian di perkampungan Baduy Luar.
7. Panen madu dan durian sesuka hati

Bila buah durian diburu oleh begitu banyak orang di perkotaan, di kampung-kampung Baduy, sang raja dari segala buah ini dapat dengan gampang dijumpai pohonnya.

Berdasarkan pantauan KompasTravel, buah-buah durian berserakan dan membusuk tanpa ada yang memungut di beberapa lokasi yang sulit dijamah, seperti di tepi hulu Sungai Ciujung.

Baca juga: Panen Durian di Baduy, Yuk Wisata Durian...

Selain durian, suku Baduy Luar juga menjajakan madu hutan. Terdapat dua jenis madu baduy yang dijajakan, yakni madu biasa dan madu hitam. Madu hitam terkenal akan khasiatnya, sedangkan madu biasa punya aroma bebungaan yang jarang didapatkan pada madu-madu lain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com