Usaha tersebut membuahkan hasil dengan keluarnya Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 384 Tahun 2018 tentang pemberian izin sementara Bandara Banyuwangi sebagai bandara yang dapat melayani penerbangan dari dan ke luar negeri.
Surat izin tersebut berlaku selama 3 bulan sejak ditandatangani pada 18 Desember 2018.
Pesawat yang digunakan di rute internasional ini adalah Airbus A-320 berkapasitas 180 penumpang. Frekuensi penerbangan sebanyak 3 kali sepekan, yakni Rabu, Jumat, dan Minggu. Penerbangan hanya butuh waktu 2 jam 30 menit.
Dari Banyuwangi, pesawat bertolak pukul 08.20 WIB dan diperkirakan tiba pukul 12.10 waktu Malaysia. Sedangkan dari Malaysia, berangkat pukul 13.20 waktu setempat dan dijadwalkan tiba di Banyuwangi pukul 15.10 WIB. Penerbangan pertama dari Banyuwangi Kuala Lumpur membawa 66 penumpang.
Anas mengatakan jika terminal internasional yang saat ini digunakan masih bersifat sementara dan pembuatan terminal ultimate dimulai lada 2019 dan ditargetkan selesai pada 2021.
“Lima minggu kita persiapkan terminal internasional saat ini dengan memanfaatkan bangunan VIP Bandara Banyuwangi, Yang penting sekarang operasi dulu,” katanya.
Sementara itu Menteri Pariwisata Arief Yahya seusai mengikuti inaugural flight Citilink rute Kuala Lumpur-Banyuwangi, Rabu (19/12/2018). menargetkan 100.000 wisatawan Malaysia akan datang ke Banyuwangi setelah dibukanya penerbangan langsung Banyuwangi Kuala Lumpur.
"Ada anggaran dari Kemenpar untuk promosi baik di Indonesia dan juga di Malaysia. Promosi juga bisa people to people. Dan harus disadari bahwa promosi adalalah salah satu investasi. Jangan pelit berpromosi. Kita punya waktu 3 bulan dari surat izin. Tunjukkan bahwa semua tersistem, Mengapa saya tergetkan 100.000? Karena di Bandung ada 500 wisatawan asal Malaysia. Bandung dan Banyuwangi hampir mirip dari sisi budaya," kata Arief.
Sementara itu Irzal Maryanto, pembina Ikatan Keluarga Banyuwangi (Ikawangi) Malaysia kepada Kompas.com mengatakan ada sekitar 20 warga Banyuwangi yang tinggal dan bekerja di Semenanjung Malaysia.
"Dengan penerbangan langsung memangkas waktu dan juga biaya. Butuh waktu 3 jam sudah sampai. Apalagi biasanya mereka dijemput mobil travel yang tentunya biayanya tinggi. Belum lagi warga yang berasal dari tapal kuda seperti Bondowoso, Situbondo, Jember. Mungkin jika ditotal ada sekitar 50 ribuan warga dari tapal kuda yang tinggal di Semenanjung Malaysia yang bisa memanfaatkan penerbangan langsung ini," kata Irzal.
Laki-laki yang bekerja di sektor pengiriman barang tersebut mengakui sejak satu bulan sebelum penerbangan perdana Banyuwangi-Kuala Lumpur, banyak warga Banyuwangi yang tinggal di Malaysia menanyakan kebenaran informasi tersebut kepada Ikawangi Malaysia.
Hal tersebut membuat Irzal optimis bahwa selama 3 bulan ke depan, okupasi penumpang yang ditargetkan antara 70-80 persen bisa tercapai.
"Harus optimis. Saya yakin karena bukan hanya sekedar melayani wisatawan yang berkunjung tapi juga dimanfaatkan oleh warga Banyuwangi dan sekitarnya yang tinggal di Malaysia yang akan pulang ke tanah air. Namun yang terpenting mungkin pelayanan di Imigrasi yang harus diperhatikan terutama untuk rekan-rekan buruh migran yang akan pulang ke Indonesia. Kami pun ikut mempromosikan penerbangan ini kepada masyarakat Indonesia khususnya tapal kuda yang ada di Malaysia," ujarnya.
Jumlah penumpang di Bandara Banyuwangi sendiri melonjak hampir 1.700 persen dari 7.836 orang pada 2010 menjadi 140.683 orang pada 2017, dan sudah tembus 307.157 orang hingga Oktober 2018.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.