Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Lain di Balik Eksotisme Toraja

Kompas.com - 26/12/2018, 08:51 WIB
Vitorio Mantalean,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Satu sisi, pariwisata massal yang merambah Toraja tentu berdampak signifikan bagi arus ekonomi penduduk, terlebih dari hasil penjualan suvenir.

Namun, Tana Toraja bukan museum. Budaya yang dipandang menarik oleh para turis bukan untuk diperdagangkan, melainkan punya unsur sakral yang dihayati oleh anggota suku.

Banyak anggota suku Toraja, khususnya para tetua, merasa resah karena kebudayaan mereka justru terkikis menjadi sebatas tontonan para turis.

Kathleen Adams, pada artikel jurnal terdahulunya Cultural Commoditization in Tana Toraja, Indonesia (1990) malah pernah mencatat soal intervensi pemerintah terhadap budaya Toraja agar dapat terus menarik turis.

Selain itu, tak jarang pula pariwisata masif ini membuat orang-orang Toraja merasa terbelakang di antara para turis yang berasal dari peradaban yang lebih modern.

Jengah, pada 1987, sejumlah desa menutup pintu bagi pariwisata. Pariwisata dirasa terlalu jauh mencampuri urusan lokal budaya Toraja.

Pada upacara rambu solo, misalnya. Sebagai informasi, upacara ini bukan semata pemakaman, melainkan juga ajang unjuk kelas sosial.

Semakin tinggi kelas sosial keluarga, biaya upacara pemakaman kian mahal karena bertambahnya jumlah kerbau dan babi yang dijadikan persembahan. Biaya prestise ini juga akan terus membengkak jika semakin banyak tamu yang menyaksikan rambu solo.

Masalahnya, kepentingan pariwisata membuat jumlah turis yang menyaksikan rambu solo juga kian gendut. Di samping itu, orang-orang Toraja perlahan "diminta" berkompromi dengan birokrasi agen perjalanan yang berkaitan dengan “acara pertunjukan” rambu solo.

Mereka juga mesti menampung komentar miring para turis yang merasa ritual tersebut menyia-nyiakan sejumlah besar kerbau dan babi itu. Padahal, sejumlah besar daging kerbau dan babi tersebut akan dibagikan pula pada keluarga yang kekurangan.

Para wisatawan berkunjung ke pemakaman di gua masyarakat Toraja di Londa, Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/12/2013). KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO Para wisatawan berkunjung ke pemakaman di gua masyarakat Toraja di Londa, Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/12/2013).
Perseteruan Internal

Seiring dengan menggendutnya jumlah kunjungan wisman, Pemerintah Kabupaten Tana Toraja meluncurkan Kursus Pariwisata Khusus Pemandu Lokal pada 1985. Kursus ini bertujuan agar suku-suku Toraja tetap memegang peranan sebagai pemandu di kampung halamannya.

Di sisi lain, demi kepentingan promosi, diharapkan terdapat keseragaman informasi yang nantinya diterima para turis dari para pemandu yang berasal dari kampung-kampung berbeda.

Bak buah simalakama, inisiatif ini justru berbuntut panjang. Terjadi adu mulut antar-pemandu yang latar belakangnya beragam. Masing-masing mendesak agar “Toraja versi budaya mereka”-lah yang diakui sebagai Toraja yang akan diperkenalkan ke mancanegara.

Tentu saja perdebatan ini berunsur politis pula. Pengakuan dari para turis tentu akan mengukuhkan derajat sosial keluarga, selain mengundang lebih banyak turis ke kampung mereka, yang berarti semakin banyak pundi-pundi yang terkumpul.

Untuk menengahi, bangsawan-bangsawan terkemuka dari beberapa kampung yang telah mapan sebagai destinasi wisata ditunjuk sebagai “pengajar” tentang budaya Toraja. Mereka yang lulus ujian akan didaulat sebagai pemandu wisata lokal tersertifikasi.

Upacara pemakaman Rambu Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.BARRY KUSUMA Upacara pemakaman Rambu Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Namun, tak seluruh peserta kursus menyambut baik. Bagi mereka, kursus ini justru menciptakan dikotomi tentang Toraja yang asli dan yang tidak. Padahal, tidak ada satu pun versi budaya Toraja yang lebih benar ketimbang yang tidak diajarkan para bangsawan tadi.

Sebab, sejak dulu Toraja memang beragam. Kondisi geografis yang mengisolasi membuat masing-masing kampung memiliki budaya dan tradisinya masing-masing yang tidak seratus persen seragam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com