Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Lain di Balik Eksotisme Toraja

Kompas.com - 26/12/2018, 08:51 WIB
Vitorio Mantalean,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.COM - Siapa tak tahu Suku Toraja di Sulawesi Selatan dengan rumah Tongkonannya? Kunjungan Presiden Joko Widodo, Minggu (23/12/2018) turut andil menyegarkan ingatan kita soal suku yang satu ini.

Dengan kekayaan budaya dan keindahan panorama alamnya, tak ayal Toraja begitu memikat sebagai destinasi wisata. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa di balik pariwisata Toraja, terdapat seluk-beluk sejarah yang bergolak?

Toraja yang dikenal saat ini telah mengalami sejumlah penyesuaian budaya yang membuatnya tidak seratus persen sama dengan Toraja zaman dulu.

Baca juga: Rasakan Sensasi Berkemah di Atas Awan Hanya di Lolai, Toraja Utara

Dikutip dari artikel jurnal Ethnic Tourism and the Renegotiation of Tradition in Tana Toraja (1997), antropolog Kathleen Adams mencatat secara rinci berbagai cerita Suku Toraja menghadapi perubahan zaman sampai pariwisata massal.

Cerita bermula ketika Suku Toraja, yang bermukim di dataran tinggi dan antar-kampungnya terisolasi, mulai berinteraksi dengan suku lain akibat kebijakan politik kolonial Belanda pada 1906.

Baca juga: 6 Tempat Wisata Kuburan Kuno di Toraja 

Aneksasi Belanda terhadap Suku Toraja kemudian membuka jalan bagi praktik misionaris di Tana Toraja. Namun, selama lima dekade, hanya segelintir orang Toraja yang berpindah dari kepercayaan Atuk to Dolo ke Agama Kristen.

Wisatawan domestik dan mancanegara di Kawasan wisata cagar budaya Kete Kesu di Kecamatan Sanggalangi,  Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Foto diambil saat liburan menjelang Paskah, Jumat (30/3/2018).KOMPAS.com/AMRAN AMIR Wisatawan domestik dan mancanegara di Kawasan wisata cagar budaya Kete Kesu di Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Foto diambil saat liburan menjelang Paskah, Jumat (30/3/2018).
Baru pada dekade 1960, sejumlah besar Suku Toraja terpaksa beralih ke Agama Kristen lantaran kebijakan pemerintah Indonesia saat itu yang tidak mengakui kepercayaan lokal. Hingga saat ini, tercatat hanya sekitar 5 persen penduduk lokal yang masih teguh memeluk kepercayaan Atuk to Dolo.

Baca juga: Mengenal Uniknya Makanan Khas Toraja

Meski begitu, saat ini sejumlah orang Toraja beragama Kristen pun tetap merayakan rambu solo, ritual pemakaman jenazah yang melibatkan kepercayaan terhadap roh leluhur.

“Bali Kedua” di Masa Orde Baru

Pada awal era Orde Baru, wisata ke Toraja masih belum masif lantaran akses jalan yang buruk, di samping perhatian pemerintah pusat yang cenderung terkonsentrasi di Jawa, Bali, dan Sumatera.

Baca juga: Perhatikan Hal Ini Saat Berkunjung ke Toraja Utara

Tahun 1974, dengan visi memopulerkan wilayah terpencil di Indonesia, rezim Orde Baru memasukkan Tana Toraja sebagai salah satu destinasi bagi wisatawan mancanegara (wisman). Kemudian, Kementerian Pariwisata RI pada 1984 mencanangkan Toraja sebagai “perhentian kedua setelah Bali”.

Satu-dua tahun sebelum keputusan tersebut, tercatat hanya sekitar 400 wisman yang bertandang ke Toraja. Ketika itu, mereka hendak menyaksikan pemakaman Puang dari Sangalla, bangsawan Toraja terakhir yang berdarah murni. Peristiwa ini disiarkan ke negara-negara Eropa, sebut antropolog Toby Volkman (1990).

Lalu, secara mengejutkan, citra “terpencil” dan eksotis Toraja yang dijual oleh pemerintah sukses memikat turis-turis Barat dengan angka yang terus meroket hingga mencapai jumlah 53.000 wisman pada tahun 1994.

Upacara pemakaman Rambu Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.BARRY KUSUMA Upacara pemakaman Rambu Solo di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Akhirnya, segala ulasan para turis dan antropolog yang tertarik mengupas soal Toraja menjadi promosi gratis yang kian melambungkan nama Toraja sebagai destinasi wisata.

Peralihan Toraja menjadi destinasi wisata massal dari suku yang awalnya hidup subsisten membawa polemik tersendiri. Perubahan terjadi dalam tempo yang relatif singkat, sementara budaya yang dihayati anggota suku masih melekat erat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com