JAKARTA, KOMPAS.COM - Kereta Rel Listrik (KRL) atau commuter line mungkin merupakan moda transportasi yang paling digemari para pelaju.
Selain biaya yang terjangkau, KRL menyinggahi berbagai titik di Jakarta dan sekitarnya tanpa mesti bermacet-macetan.
Kamu pun bisa menjelajahi museum-museum di Jakarta dan kota-kota sekitarnya menggunakan KRL.
Baca juga: 4 Pilihan Museum di Jakarta untuk Berlibur Bersama Anak
Kamu juga dapat berpindah dari satu museum ke museum lainnya memakai angkutan ini. Hal ini karena banyak museum yang terletak berdekatan dengan stasiun pemberhentian KRL.
Di tengah situasi pandemi Covid-19, hanya berkunjung saat tempat-tempat ini sudah buka sesuai aturan pemerintah daerah setempat.
Saat berkunjung, pastikan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku. Selalu pakai masker, jaga jarak, jauhi kerumunan, dan cuci tangan pakai sabun. Jangan lupa segera melakukan vaksinasi.
Berikut Kompas.com merangkum sejumlah stasiun pemberhentian KRL yang letaknya berdekatan dengan museum-museum di Jakarta dan sekitarnya:
1. Stasiun Jakarta Kota dan Kawasan Kota Tua
Stasiun ini berusia cukup tua lantaran telah berdiri sejak zaman Belanda. Mempertahankan arsitektur bergaya kunonya, stasiun ini turut menjadi daya pikat tersendiri khususnya bagi penggemar fotografi.
Letak Stasiun Jakarta Kota hanya terpaut 200 meter dari kawasan Kota Tua alias Taman Fatahillah. Berdiri sejumlah museum yang dapat kamu kunjungi secara bergantian di kawasan ini.
Mulai dari Museum Fatahillah yang menyimpan sejarah Jakarta, Museum Keramik dan Seni Rupa, juga Museum Wayang.
Baca juga:
Dari kawasan Kota Tua, kamu bisa berbelok ke Jl Pintu Besar Utara. Ada Museum Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri di sana.
Kedua museum ini, selain memamerkan koleksi mata uang dunia, juga menyimpan aneka koleksi mengenai sejarah mata uang Indonesia sejak era kerajaan.
Kamu juga dapat menelusuri jejak kejayaan maritim Nusantara dengan berjalan sejauh kurang lebih 1,5 kilometer menuju Museum Bahari ke arah utara.
View this post on Instagram
2. Stasiun Juanda dan Museum Nasional
Stasiun Juanda menjadi pemberhentian terdekat bagi kamu yang hendak menyambangi Museum Nasional. Museum ini dikenal pula dengan sebutan Museum Gajah.
Museum ini merupakan museum terbesar di Jakarta dengan lebih dari 140.000 koleksi benda-benda.
Koleksinya berkaitan dengan arkeologi, etnografi, geografi, keramik, dan numesmatik (koin). Selain itu, koleksinya mulai dari periode kehidupan prasejarah dan sejarah.
Baca juga:
Dari Museum Nasional, kamu tinggal menyeberang ke Monumen Nasional (Monas). Di dalam Monas, terdapat sejumlah koleksi diorama yang mengisahkan pertempuran-pertempuran masa silam melawan penjajah.
Stasiun Juanda juga tidak terpaut jauh dengan Museum Taman Prasasti. Ini museum bergaya Yunani yang berisikan ratusan nisan dan patung sisa pemakaman. Museum ini tidak lagi menyimpan jenazah.
Koleksi peti, nisan, dan patung Museum Taman Prasasti tak hanya tersimpan di dalam gedung. Namun bisa banyak pula di area taman terbuka yang rindang oleh keberadaan pohon-pohon besar.
View this post on Instagram
3. Stasiun Tanah Abang dan Museum Tekstil
Stasiun Tanah Abang terletak tidak jauh dari Stasiun Juanda. Artinya, apabila rute yang kamu tempuh melalui Stasiun Tanah Abang, museum-museum yang dekat dengan Stasiun Juanda juga bisa kamu sambangi dengan mudah.
Namun, terdapat satu museum yang letaknya berdekatan dengan Stasiun Tanah Abang, yakni Museum Tekstil.
Baca juga: Batita Belajar Batik? Yuk, Ajak ke Tempat Ini...
Dari Stasiun Tanah Abang, kamu cuma perlu berjalan kaki sejauh 500 meter ke arah selatan, lalu menyeberangi Sungai Ciliwung.
Seperti namanya, museum ini menyimpan sekitar seribu koleksi tekstil tradisional Indonesia, mulai dari koleksi tenun, batik, peralatan, dan koleksi campuran.
Selain itu, bagian belakang museum ini juga ditanami pepohonan yang dapat menghasilkan bahan baku pewarna alami.
View this post on Instagram
Dari Stasiun Sudirman terdapat Museum Sasmitaloka Ahmad Yani yang berlokasi di Jl. Lembang Nomor 67, Menteng. Cukup berjalan kaki sekitar 20 menit dari Stasiun Sudirman.
Dulunya museum ini adalah tempat tinggal Ahmad Yani. Ahmad Yani merupakan salah satu korban peristiwa G30S/PKI yang gugur di kediamannya sendiri oleh tujuh peluru dari senapan pasukan Tjakrabirawa.
Baca juga: Museum Ahmad Yani, Saksi Bisu Perjalanan Sang Jenderal Korban G30S/PKI
Tujuh peluru dilepaskan pasukan Tjakrabirawa pada 1 Oktober 1965 pukul 04:35 WIB itu. Lima peluru di antaranya meninggalkan lubang tembakan di sebuah pintu. Hingga saat ini masih lubang itu bisa dilihat pengunjung museum.
View this post on Instagram
Stasiun yang berada di Provinsi Banten ini terbilang jauh dari Jakarta. Dari Stasiun Tanah Abang, Stasiun Rangkasbitung dapat dicapai usai 1 jam lebih perjalanan.
Dari stasiun ini, kamu cukup berjalan kaki selama 10-15 menit guna bertandang ke Museum Multatuli.
Baca juga: Berkunjung ke Museum Multatuli Lalu Menyusuri Banyak Kisah Sejarah
Museum yang dulunya merupakan kantor sekaligus kediaman Wedana Lebak ini memamerkan berbagai peninggalan milik dan tentang Edward Douwes Dekker, si Multatuli.
Di samping koleksi tersebut, museum ini punya beberapa ruangan yang menampilkan tema-tema lain seperti sejarah Lebak dan Banten, perkembangan Rangkasbitung dari masa ke masa, serta kisah kolonialisme Belanda.
View this post on Instagram
6. Stasiun Bogor dan Museum Perjuangan Bogor
Usut punya usut, stasiun yang letaknya berdekatan dengan Kebun Raya Bogor ini dikelilingi sejumlah museum.
Paling dekat, kamu dapat menyaksikan kisah-kisah perjuangan laskar rakyat Bogor demi kemerdekaan bangsa di Museum Perjuangan Bogor.
Akan tetapi, jika hendak menyambangi beberapa museum sekaligus, berjalanlah ke sisi barat Kebun Raya Bogor, atau tepatnya di Jalan Ir Hj Juanda.
Baca juga:
Di sana, kamu dapat menghampiri Museum Kepresidenan Kirti yang menyuguhkan aneka cerita setiap orang nomor satu di Republik ini.
Lalu, berturut-turut kamu akan mendapati Museum Zoologi dan Museum Tanah yang letaknya bertetangga.
Museum Zoologi memamerkan koleksi asli, replika, atau rangka flora dan fauna, baik yang masih hidup, langka, maupun punah dari berbagai belahan dunia.
Sementara itu, Museum Tanah punya sisi historis yang cukup kental lantaran dibangun pada 1905.
Kamu dapat mengunjungi Museum Tanah pada jam kerja, tanpa karcis. Di samping itu, museum yang bertuliskan “Balai Penelitian Tanah” ini menampilkan banyak jenis dan sampel tanah serta aneka peralatan yang berkaitan dengan pedologi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram