"Ini juga mengembalikan kepercayaan rakyat Nagekeo bahwa keterampilan mereka sebagai warisan leluhur diperhatikan pemerintah setempat. Wadah 'wati' dan gelas bambu sebagai identitas dari masyarakat adat di seluruh Nagekeo," katanya.
Mengapa sebagai identitas masyarakat lokal, lanjut Pater Tule, karena ini merupakan warisan turun temurun oleh para leluhur orang Nagekeo. Selain itu, wadah “wati” dan gelas bambu dipakai saat hidangan pada pesta adat, pesta perkawinan adat dan lain sebagainya.
“Salah satu produk yang ramah lingkungan selain kain tenun adalah anyaman wadah 'wati' dan gelas bambu yang diambil alam Nagekeo. Sesungguhnya alam Nagekeo dapat meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga melalui olahan tangan manusia Nagekeo yang tidak merusak alam. Saya berharap program kebangkitan produksi lokal Nagekeo ini harus didukung penuh oleh rakyat dan semua pihak,” katanya.
Pater Tule menjelaskan, produk hasil olahan pabrik berbahan plastik mudah dibeli oleh rakyat Nagekeo karena ada pasarnya. Untuk itu, pemerintah menyediakan pasarnya dan juga aparat sipil negara (ASN) Nagekeo bisa menjadi pasar dari produk lokal orang Nagekeo itu sendiri.
Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, Komjen Pol Gories Mere kepada Kompas.com menjelaskan, rumah tenun Sa’o Pipi Tolo bagian dari pemberdayaan bagi para penenun lintas agama di Kabupaten Nagekeo. Ini juga mendukung program Pemkab Nagekeo untuk mengangkat seni karya kaum perempuan Nagekeo yang berbahan dasar alamiah dari hutan Nagekeo.
“Pewarna kain tenun bermotif Nagekeo bukan hasil olahan pabrik melainkan dari olahan daun-daun dan akar kayu yang bersumber dari alam Nagekeo. Sebelum Pemkab Nagekeo merencanakan kebangkitan produksi lokal, saya sudah lebih dulu memikirkan dan mewujudkannya dengan mendirikan rumah tenun lintas agama di Sa’o Pipi Tolo,” kata Gories Mere.
Mere menjelaskan, selama ini kain tenun bermotif Nagekeo khususnya dan Flores pada umumnya dijual dengan harga murah berkisar Rp 250.000 sampai Rp 300.000 sementara proses menenunnya membutuhkan waktu satu bulan atau lebih. Padahal hasil tenunnya berkualitas tinggi.
“Rumah tenun atau sanggar tenun Sa’o Pipi Tolo Nangaroro, Kabupaten Nagekeo sebagai pusat pemberdayaan para penun di sekitar Nagekeo maupun seluruh Pulau Flores,” kata Gories Mere.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.