Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trupark, Museum Baru di Cirebon, Layak Dikunjungi

Kompas.com - 06/01/2019, 17:42 WIB
Windoro Adi,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

CIREBON, KOMPAS - Seperti sejumlah kota sentra batik di Jawa, Cirebon akhirnya punya museum batik. Museum Trupark. Dibuka tanggal 29 November 2018 sebagai bagian dari Toko Batik Trusmi, dan Restoran Batik Kitchen, di sentra batik Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Cirebon Kabupaten. 

Konsepnya sama dengan museum batik di Jakarta, Museum Tekstil (1976); Museum Batik Kuno Danar Hadi, di Solo, Jawa Tengah (1967); Museum Batik Seno, Jogjakarta, (1979); dan Museum Batik, Pekalongan, Jawa Tengah (1972). Ada koleksi batik, perkakas membatik, dan kegiatan membatik bagi pengunjung.

Selain paling lengkap koleksi batik kuno-nya, arsitektur dan interior Museum Danar Hadi tampil klasik dan asri, sementara Museum Batik Pekalongan mengandalkan kelengkapan koleksi batik di seluruh penjuru Tanah Air. 

Lalu apa yang beda di Museum Trupark? Museum ini tampaknya tidak berpretensi menjadi museum sebenarnya yang mengandalkan kelengkapan koleksi batik nan serius. Pengunjung hanya diajak mengenal sekelebat, apa itu batik. Sekelebat batik.

Museum ini lebih menawarkan hiburan dan edukasi ringan yang mengingatkan, “Hei, Indonesia punya batik, lho”. Beberapa ruangan di tata dengan sentuhan pop art. Sejumlah sudut sengaja didisain untuk memberi banyak ruang bagi pengunjung yang suka berselfi ria.

Kimono-Kamuflase

Masuk pintu museum, pengunjung disambut patung canting  batik setinggi sekitar satu setengah meter. Setelah itu, pengunjung disuguhi masa lalu dan kekayaan Kota Cirebon, sebelum masuk dunia batik Cirebon.

Pengenalan kekayaan budaya Cirebon diawali di lapak pertama yang memajang 500 topeng klasik Cirebon dipamerkan. Topeng topeng ini terdiri dari lima wajah sosok rekaan berdasarkan fase perkembangan diri. Topeng Panji menggambarkan wajah sosok anak. Topeng berwarna putih. 

Topeng Samba menggambarkan wajah sosok menginjak remaja. Topeng berwarna putih dengan bagian kepala berambut hitam. Topeng Rumyang menggambarkan wajah sosok pemuda. Topeng berwarna merah jambu. 

Topeng Tumenggung menggambarkan wajah sosok dewasa. Topeng berwarna merah jambu lebih gelap, dengan kumis hitam. Topeng Kelana menggambarkan wajak sosok berusia lanjut. Topeng berwarna merah tua dengan kumis hitam lebih panjang dan tebal. 

Lapak kedua disediakan untuk berfoto bagi pengunjung, dengan latar belakang batik bermotif mega mendung, tiga warna.

“Kami menyediakan pakaian kimono bagi pengunjung pria dan perempuan sebagai pelengkap  mereka berfoto. Buat pengunjung perempuan, kami juga menyediakan payung payung fantasi sebagai properti mereka,” jelas Yossi Risdianto (35), tenaga kreatif dan pemandu Museum Trupark, Jumat (4/1/2018).

Dari sana, kami menuju lapak masa lalu Kota Cirebon. Di dua dinding, bergantungan puluhan foto tentang Cirebon di tahun 1920-1924, termasuk foto foto Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. 

Tak mudah mengumpulkan foto-foto jadul tersebut. “Kami harus menempuh birokrasi panjang yang lumayan sulit untuk mendapat foto yang kami inginkan, yang kami anggap mewakili masa lalu Cirebon,” kata Yossi. 

Di lapak berikutnya, sampailah kami pada dunia batik. Lapak kamuflase; koleksi alat batik cap dari bahan tembaga; diorama kegiatan membatik; dan lapak pop art manequen. Di ujung lantai satu ini, dipajang alat tenun bukan mesin, dan beberapa kain tenun dari beberapa daerah.

Mengapa ada tenun? Apa hubungannya dengan batik?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com