Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trupark, Museum Baru di Cirebon, Layak Dikunjungi

Kompas.com - 06/01/2019, 17:42 WIB
Windoro Adi,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

“Kami ingin menunjukkan, Indonesia bukan hanya punya batik, tetapi juga kain tenun,” ujar Yossi.

Lapak-lapak di lantai satu lebih banyak memberi kesempatan para pengunjung berfoto dengan tawaran bermacam suasana. Pengunjung tak dijejali pengetahuan tentang masa lalu dan budaya Cirebon, dan batiknya. Semuanya sekelebat, sekadar memanjakan mata dan suasana hati. Ringan, menghibur, sekelebat.

Saat kami menuju lantai dua, tampak sisi kanan lorong anak anak tangga dihiasi umbul umbul bermotif batik.

“Memotretnya dari atas. Target yang dipotret, di bawah,” kata Yossi. Ah, lagi lagi untuk selfi.

Video mapping

Di lantai dua, diperagakan kegiatan membatik tulis dan membatik cap, selain beberapa koleksi batik lama. Setelah itu, kami masuk ruangan gelap dengan dinding belakang, kiri dan kanan, berlapis kaca cermin. Di tengah plafon, menggantung alat video mapping

Ketika alat tersebut diaktifkan, di depan muncul gambar-gambar bergerak dan berpendar, bermotif batik. Tampilan ini diperkaya efek perspektif rupa dari kaca kaca cermin. Tontonan hanya berlangsung beberapa menit saja. Sekelebat batik.

Kunjungan ke museum diakhiri dengan nonton film pendek tentang batik, di auditorium yang berkapasitas sekitar 200 orang. Film pendek inipun tidak menjejali penonton dengan paparan teknis, sejarah, dan nilai nilai di balik batik. Si tokoh “aku” yang tak lain adalah batik, bercerita tentang dirinya.

Trupark bukan Tropen

Sebagian sajian di museum ini, mengingatkan kita tentang cara dan apa yang disajikan Galeri Indonesia Kaya, di Grand Indonesia di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Terkesan modern, milenial, minimalis, sekelebat.

Kunjungan berakhir di ruang pendopo. Di ruang yang berkapasitas 600 orang ini, pengunjung, terutama anak-anak dan remaja, bisa memilih berlatih membatik dari proses awal hingga akhir, atau melukis topeng Cirebon, atau melukis celengan gerabah, atau melukis kaca.

“Biaya masuk museum pada hari biasa, Rp 50.000 untuk pengunjung dewasa, dan Rp 35.000 untuk pengunjung anak. Tiket masuk akhir pekan, Rp 60.000 untuk dewasa, dan Rp 45.000 untuk anak-anak,” ucap Yossi. 

Pengrajin batik sedang memeragakan membatik tulis. Selain peragaan membatik tulis, di lantai dua Museum Trupark, Trusmi, Plered, Cirebon juga diperagakan cara membatik cap, dan mencelup batik. KOMPAS/WINDORO ADI Pengrajin batik sedang memeragakan membatik tulis. Selain peragaan membatik tulis, di lantai dua Museum Trupark, Trusmi, Plered, Cirebon juga diperagakan cara membatik cap, dan mencelup batik.
Menurut dia, ratarata pengunjung yang datang di akhir pekan, 70 orang, tidak termasuk pengunjung rombongan yang datang tak diduga, dengan jumlah mencapai 200 orang. Pengunjung yang datang di hari biasa, ratarata 50 orang.

Mungkin bagi kalangan penikmat seni yang tidak asing lagi pada sejumlah warisan budaya Nusantara termasuk batik, apa yang disajikan Trupark Museum terkesan terlalu “cair” dan hanya sekelebat. Tak ada hal baru tentang batik jika mereka sebelumnya telah mengunjungi museum  batik di tempat lain. 

Tetapi bagi kaum muda milenial dan kalangan pelajar, apa yang disajikan Trupark Museum, bisa jadi sangat menarik, dan menuntun mereka mengenal, lalu mencintai batik. Mereka lebih butuh ruang rekreasi yang menghibur di sela tren hobi mereka berselfi ria. Museum Trupark, memang bukan Museum Tropen di Amsterdam, Belanda.

Bagi kalangan awam, sekelebat mungkin lebih memikat. Sebagian waktu lain bisa mereka manfaatkan untuk berbelanja atau sekadar window shopping di sentra batik Trusmi. 

Kehadiran Museum Trupark memang tak bisa dilepaskan dari bisnis batik. Museum ini seperti bonus hiburan dan edukasi bagi para pembelanja batik yang sebagian besar adalah wisatawan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com