Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Jus Kale dan Daging Analog di Kebun Sayur Banyuwangi

Kompas.com - 10/01/2019, 12:27 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Hobi berkebun membawa berkah sendiri bagi pasangan suami-istri Ahmad Zulfi (44) dan Rina Novi Cahyani (44), warga Dusun Krajan Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur.

Dari kebun seluas 1.200 meter persegi, mereka menanam berbagai jenis sayur seperti selada, pakcoy, kailan, kangkung lomok, gingseng jawa, kale yang ditanam dengan sistem hydroponik.

Tidak tanggung-tanggung, sayur-sayuran yang mereka tanam dikirim hingga Bali dan Surabaya.

"Sayur kami premium dan setiap 2 minggu sekali kirim ke Surabaya dan juga Bali. Permintaan sangat banyak sampai kami kewalahan," kata Rina sambil tersenyum.

Pasangan suami-istri yang mengelola Cahaya Hydrofarm Banyuwangi menunjukkan daun kemangi hasil panen yang akan dikirim ke beberapa restoran di Banyuwangi, Senin (7/1/2019). KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Pasangan suami-istri yang mengelola Cahaya Hydrofarm Banyuwangi menunjukkan daun kemangi hasil panen yang akan dikirim ke beberapa restoran di Banyuwangi, Senin (7/1/2019).
Dia mengakui pangsa pasar lebih banyak di luar kota Banyuwangi karena harga sayur premium lebih mahal dibandingkan harga sayur yang ada di pasaran.

Baca juga: Asal Usul Sayur Kol, dari Eropa hingga jadi Lalapan Orang Indonesia

Selain perawatannya yang khusus, sayur yang ditanam oleh mereka ukurannya lebih kecil namun rasanya lebih segar dan rasa alaminya lebih kuat.

Bukan hanya sekadar menjual sayuran segar, di kebun Cahaya Hydrofarm juga menyediakan makanan sehat seperti jus sayur kale dan daging analog yang dibuat dari pati kacang kedelai.

"Daging analog dibuat dari pati kacang kedelai ini makanan vegetarian untuk pengganti daging. Kita sajikan dengan sayuran segar yang semuanya berasal dari kebun sendiri," kata Rina.

Daging analog yang terbuat dari kayu kacang kedelai yang disajikan di Cahaya Hydrofarm Banyuwangi, Selasa (8/1/2019).KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Daging analog yang terbuat dari kayu kacang kedelai yang disajikan di Cahaya Hydrofarm Banyuwangi, Selasa (8/1/2019).
Khusus untuk jus kale, ia mengakui belum banyak masyarakat yang mengenal sayur yang sering disebut ratu sayuran yang berwarna hijau tua.

Baca juga: Serunya Panen Sayur hingga Bunga Matahari di Dekat Jakarta

Agar rasanya lebih nikmat, saat dijus sayur kale dicampur dengan potongan nanas dan sedikit gula batu.

"Jus ini sengaja kami jual, sekaligus untuk mengenalkan jenis sayuran kale kepada masyarakat dan ingin mengampanyekan hidup sehat. Jus sayur itu enak kok rasanya apalagi kale memiliki kandungan serat yang tinggal serta kaya manfaat. Karena selama ini banyak orang yang beranggapan jus sayur ini nggak enak," ungkapnya.

Sementara itu, untuk menyantap daging analog caranya cukup unik yaitu dengan cara Korea.

Daging analog dimakan dengan cara Korea dibalut daun selada, Selasa (8/1/2019).KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Daging analog dimakan dengan cara Korea dibalut daun selada, Selasa (8/1/2019).
Caranya, daging analog yang sudah dibumbui diletakkan di atas daun selada segar lalu ditambahkan potongan acar timun, cabai lantas dibungkus dengan selada kemudian hap! Dimakan sekali suap.

Cara makan Korea tersebut dipilih agar pengunjung menikmati sayur segar dengan cara yang berbeda.

"Kalau nggak kita ajarkan makan seperti itu, pasti seladanya dipinggirkan dan tidak dimakan. Kalau gini kan dimakan semua," kata sambil memperlihatkan cara makan daging analog ala Korea.

Kebun Cahaya Hydrofarm tersebut juga menjadi tujuan bagi masyarakat, siswa dan mahasiswa yang ingin memulai berkebun dengan cara hydroponik.

Kunjungan mahasiswa untuk belajar berkebun di Cahaya Hydrofarm Banyuwangi, Jawa Timur.KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Kunjungan mahasiswa untuk belajar berkebun di Cahaya Hydrofarm Banyuwangi, Jawa Timur.
Dia beberapa kali melakukan pelatihan bercocok tanam secara hydroponik di kebunnya sendiri.

"Sistem berkebun itu ada tiga, yaitu ekologi, edukasi dan ekonomi. Dengan berkebun kita bisa menghijaukan lingkungan. Imbasnya pasti juga ke ekonomi dan ini solusi untuk yang tidak memiliki lahan tanah yang cukup. Jadi nggak ada alasan nggak mau berkebun hanya karena nggak punya lahan tanah," kata Rina.

Sementara itu Tusfendi (20), salah satu mahasiswa Poliwangi Banyuwangi yang berkunjung ke kebun Cahaya Hydrofarm kepada Kompas.com mengatakan banyak mendapatkan informasi tentang berkebun termasuk bagaimana menyiasati cara berkebun di lahan yang sempit.

"Cara penjelasannya detail dan mudah dipahami. Katakanlah nanti saya jadi petani modern. Namun yang membedakan di sini kita juga dapat menikmati makanan sehat yang diolah dari kebun sendiri. Dan ternyata enak," katanya.

Pengunjung menikmati Jus Kale di Cahaya Hydrofarm Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (8/1/2019).KOMPAS.com/IRA RACHMAWATI Pengunjung menikmati Jus Kale di Cahaya Hydrofarm Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (8/1/2019).
Tertarik untuk berkunjung dan menikmati makanan sehat ala Cahaya Hydrofarm? Langsung saja datang ke Desa Watukebo, Banyuwangi atau intip aktivitas mereka di akun Instagram @cahaya_hydrofarm. Yuk makan sehat mulai dari hasil kebun sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com