JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap kelompok etnis memiliki etika bersantap yang unik. Etika bersantap di satu tempat dan tempat lainnya bisa jadi berlainan, bahkan berkebalikan.
Orang-orang Tionghoa juga mempunyai etika bersantapnya sendiri. Di beberapa kalangan tradisionalnya, etika ini masih berlaku secara ketat.
Apa saja? Berikut rangkuman KompasTravel:
1. Menghormati yang lebih tua
Perlakuan ini kemungkinan mulai membudaya seiring merebaknya paham Konfusianisme, di mana “bakti” terhadap orang yang lebih tua merupakan salah satu unsur penting dalam hidup.
Di meja makan, orang yang lebih muda seyogyanya tidak memulai makan terlebih dulu sampai orang yang lebih tua mulai menyantap hidangannya. Mereka pun diwajibkan memanggil/menawari orang yang lebih tua jika hendak bersantap.
Dalam konteks keluarga atau kerabat, anak pun seyogyanya menyiapkan atau mengambilkan makanan bagi orangtuanya, terlebih jika si orangtua sudah tergolong renta.
2. Mendekatkan mangkuk nasi ke mulut
Dalam etika bersantap Tionghoa, mendekatkan mangkuk nasi ke mulut sama sekali bukan hal yang tabu.
Hal ini malah dianjurkan untuk dilakukan, bertujuan agar nasi atau lauk yang dicapit dengan sumpit tidak jatuh berceceran ketika menuju mulut.
3. Sabar ketika mengantre giliran lazy susan
Lazy susan adalah piringan bundar yang umumnya terletak di tengah meja besar. Piringan ini dapat diputar sesuai keinginan, agar setiap hidangan dapat dijangkau oleh siapa pun.
Idealnya, Anda perlu menunggu giliran hingga rekan-rekan semeja selesai mengambil jatahnya. Di sisi lain, jangan sampai terus-menerus memberi giliran pada orang lain, karena Anda akan dianggap tidak berselera dengan hidangan yang disajikan.
4. Tidak mengaduk-aduk lauk bersama
Dalam jamuan makan besar, seringkali lauk dihidangkan untuk santap bersama.