Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Manggarai Barat Minta Masyarakat Lestarikan Ritual Adat

Kompas.com - 24/01/2019, 17:04 WIB
Markus Makur,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

MANGGARAI BARAT, KOMPAS.com - Bupati Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Agustinus Ch Dulla meminta masyarakat Manggarai Barat terus melestarikan dan mempertahankan berbagai ritual adat yang diperkenalkan kepada wisatawan mancanegara dan Nusantara.

Perkembangan pariwisata di Manggarai Barat pasca sail Komodo 2013 lalu terus meningkat dengan kunjungan wisatawan di berbagai obyek wisata serta perkampungan-perkampungan adat.

“Perkembangan pariwisata di Manggarai Barat terus meningkat dengan kunjungan wisatawan yang secara rutin di berbagai obyek wisata. Bukan hanya Taman Nasional Komodo menjadi destinasi untuk dikunjungi melainkan berbagai obyek wisata serta perkampungan adat di seluruh Manggarai Barat," jelas Agustinus.

Ia meminta warga mempersiapkan berbagai atraksi budaya yang memikat dan menarik wisatawan untuk terus dikunjungi. Agustinus menyarankan warga menyediakan hidangan kuliner lokal yang layak untuk dinikmati oleh wisatawan.

Gencarnya promosi pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat pasca sail Komodo 2013 lalu membangkitkan gairah bagi masyarakat setempat untuk menampilkan tradisi-tradisi yang tersimpan di kalangan sendiri yang tersebar di kampung-kampung.

penabuh gendang dan gong sedang menabuh alat tradisional itu untuk memberikan semangat kepada para petarung caci atau sasi untuk ungkapan syukur atas peresmian dan Pemberkatan Gereja Santo Mikael Noa, Manggarai Barat, Flores, NTT. KOMPAS.com / MARKUS MAKUR penabuh gendang dan gong sedang menabuh alat tradisional itu untuk memberikan semangat kepada para petarung caci atau sasi untuk ungkapan syukur atas peresmian dan Pemberkatan Gereja Santo Mikael Noa, Manggarai Barat, Flores, NTT.
Kini, tradisi-tradisi untuk dilakukan untuk menyambut wisatawan mancanegara dan nusantara.

Ratusan wisatawan asing dan Nusantara mengunjungi kampung-kampung adat di seluruh Manggarai Barat. Tetua adat setempat menyambutnya dengan berbagai tradisi dan ritual adat.

Salah satu yang diperkenalkan kepada wisatawan mancanegara dan nusantara dengan menyambut tamu dengan tradisi pemaka di pintu masuk kampung.

Tradisi Pemaka sendiri terbilang unik. Tradisi itu hanya ada di kawasan Manggarai Barat.

Tak semua tamu disambut dengan Tradisi Pemaka. Hanya tamu-tamu khusus, seperti kunjungan gubernur, bupati, uskup, imam yang baru ditahbiskan dan para petinggi bangsa yang disambut dengan tradisi Pemaka.

Tradisi ini di waktu lampu merupakan acara penyambutan Raja dan Dalu yang mengunjungi kampung-kampung di seluruh Manggarai Barat. Kini, menyandang Raja dan Dalu saat ini sudah tidak ada di wilayah Manggarai Barat.

Para penari caci atau Sasi sedang mempersiapkan diri untuk mementaskan tarian Cac atau Sasi untuk ungkapan syukur atas peresmian dan pemberkatan Gereja Katolik Santo Mikael Noa di Kampung Noa, Desa Golondoal, Kec. Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. KOMPAS.com / MARKUS MAKUR Para penari caci atau Sasi sedang mempersiapkan diri untuk mementaskan tarian Cac atau Sasi untuk ungkapan syukur atas peresmian dan pemberkatan Gereja Katolik Santo Mikael Noa di Kampung Noa, Desa Golondoal, Kec. Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.

Sistem kerajaan di Manggarai Barat dan Manggarai pada umumnya sudah tidak berlaku lagi. Namun, warisan leluhur ini masih terus terjaga dengan baik di kampung-kampung.

Tradisi Pemaka dibawakan oleh tetua adat di Kampung Noa, Desa Golo Ndoal, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat saat peresmian dan pemberkatan Gereja Katolik Paroki Santo Mikael Noa.

Saat peresmian dan pemberkatan Gereja Katolik, Tradisi Pemaka dibawakan oleh tua adat Kampung Noa yakni Thomas Pura.

Pamaka saat itu dilakukan untuk menjemput Administrator Apostolik sekaligus Uskup Denpasar, Mgr. Silvester San dan Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch Dula bersama rombongannya.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com