Staf Bappeda Kabupaten Manggarai Barat, Yuvensius Aquino Kurniawan memperoleh kisah ini dari berbagai sumber di Lembah Kolang serta meneruskan kisah ini kepada Kompas.com, Jumat (25/1/2019).
Kurniawan menjelaskan, pesona destinasi wisata daerah Kolang, Flores Barat seakan tidak ada habisnya. Setiap kali mengayunkan kaki kita, begitu pula panoramanya tidak akan membosankan mata untuk menikmatinya.
Di sini terdapat sebuah kolam mistis, di mana kolam ini terbentuk dari tumpahan tuak raja atau moke. Leluhur orang Kolang biasa mengolah air nira menjadi tuak atau moke serta wae minse. Tuak atau moke berbeda dengan wae minse.
Tuak atau moke berwarna seperti kabut dan rasa asam. Tuak atau moke ini disebut Tuak Raja, karena zaman dulu disuguhkan bagi kalangan Raja atau Dalu yang berkunjung di kampung-kampung dalam wilayah kekuasaannya.
Selanjutnya tuak ini diolah menjadi minuman keras, yang kini dijual untuk menghasilkan uang oleh orang Kolang. Seseorang yang mengolah tuak menjadi minuman keras disebut pante tuak.
Sedangkan wae minse berwarna bening dan rasanya manis. Wae minse ini diolah menjadi gola dereng atau gula merah atau gola kolang khas masyarakat Kolang. Seseorang yang mengolah wae minse menjadi gula merah disebut pante minse. Hanya orang tertentu yang memiliki keterampilan dalam mengolah air nira ini.