Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mandilah Bersama "Kakar Tana" Kolang di Tiwu Ndeghar Peka Flores Barat

Kompas.com - 27/01/2019, 14:01 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

Kurniawan melanjutkan, nama kolamnya adalah Tiwu Ndeghar Peka. Tiwu berarti kolam dan ndeghar berarti meluap atau tumpahan, sedangkan peka berarti takaran wadah bambu atau gogong.

Kurniawan mengisahkan, pada suatu hari seorang petani di Kampung Tado, Kolang pergi pante tuak atau menyadap tuak nira untuk dijadikan tuak raja. Seperti biasa sebelum gogongnya diikat pada pohon nira, dilakukan proses tewa raping yaitu memukul tandan buah nira sedemikian rupa agar airnya mengalir keluar.

Ada pun proses pante tuak, si petani harus memiliki kedisiplinan waktu dan batang kayu yang digunakan. Biasanya secara rutin dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Jadi memukul tandan Nira dilakukan dua kali dalam sehari selama kurang lebih tiga minggu atau sebulan penuh.

Sore itu kraeng tu'a atau si petani ini rupanya tidak lekas pulang ke rumahnya, akan tetapi pergi bergabung dengan sekelompok pemuda kampung dan mulai mabuk-mabukan tuak raja. Alhasil akibat bergadang semalaman, si kraeng tu'a bangunnya kesiangan.

Teringatlah ia akan raping atau pohon nira yang dia sadap pada sore hari sebelumnya. Lekas dia melompat dari tempat tidur, lalu bergegas menuju tempat nira yang kemarin disadap. Apa yang terjadi? Tuak raja ndeghar atau meluap dari gogong peka atau takaran wadah bambu lalu tumpah mengalir ke dalam tanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com