Urutan letak hidangan menyesuaikan dengan letak pintu. Sajian pertama diletakkan paling dekat dengan pintu yang sengaja dibuka, dengan maksud mempersilakan masuk arwah leluhur.
Sebelum membuka pintu pun, beberapa kalangan menunaikan sembahyang permulaan yang ditujukan kepada Tuhan.
“Ibaratnya minta izin dulu, supaya dibukakan pintu. Kalau (para leluhur) kita undang tapi tidak dibukakan pintu, mana bisa?” kata Rusmin (64), adik Fifi.
Berbagai hidangan yang terhidang pun juga berkaitan dengan harapan menyongsong Tahun Baru Imlek. Samseng, misalnya, merupakan tradisi para petani China dalam rangka menyambut musim semi yang segera tiba selepas tahun baru.
Kue ku (sejenis kue berbentuk tempurung kura-kura) juga terhidang sebagai lambang panjang umur. Kue mangkuk yang merekah pun diumpamakan sebagai rezeki yang merekah dan melimpah.
Keduanya sama-sama berwarna merah, warna “andalan” kalangan Tionghoa yang menganggapnya simbol keberuntungan. Usai prosesi perjamuan, anggota keluarga akan membakar sejumlah lembar kertas. Kertas ini dimaksudkan sebagai lambang uang emas dan perak, yang ditujukan bagi para leluhur yang hendak pulang ke persemayamannya masing-masing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.