Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Bisnis Lapak Angpao Musiman di Tangerang

Kompas.com - 05/02/2019, 12:03 WIB
Vitorio Mantalean,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Denyut aktivitas kawasan Pasar Lama, Tangerang, Banten ibarat tak pernah berhenti, siang dan malam. Malah, akhir-akhir ini Pasar Lama semakin ramai oleh keberadaan para pedagang pernak-pernik Imlek.

Jelang Imlek, kawasan-kawasan pecinan di sekitar Ibu Kota memang diramaikan oleh para pedagang pernak-pernik musiman. Uniknya, di Pasar Lama, kebanyakan dari mereka datang jauh-jauh dari Kuningan, Jawa Barat.

Berdasarkan pemantauan KompasTravel sejak Selasa (29/1/2019) siang, terdapat sekitar 20 lapak pernak-pernik Imlek di kawasan ini. Abah Pendi (63), salah seorang pedagang, malah mengklaim kalau  terdapat lebih dari 30 lapak. Semuanya berasal dari Kuningan.

“Ibaratnya kita mah sekampung, lain desa satu kecamatan lah. Yang dagang di sini nggak ada orang lain, anak-anak saya, keponakan saya, pokoknya satu kakek semua,” ujar Abah Pendi.

Baca juga: Tahun Baru Imlek, Solo Punya Wisata Perahu Kali Pepe

Ketika disambangi KompasTravel, lapak Abah Pendi tengah dijaga Yayan (31), menantunya. Lapak itu dipenuhi aneka angpao, sejenis rumbai-rumbai, layangan, hingga lampion. Hampir seluruhnya berwarna merah, dihiasi dengan figur binatang babi karena Imlek nanti merupakan peralihan ke Tahun Babi.

Yayan cukup sibuk melayani pembeli yang selalu menawar harga. Kesibukan tersebut mereda ketika Abah Pendi menunjukkan batang hidungnya.

Baca juga: Menengok Prosesi Sembahyang Leluhur Tionghoa Jelang Imlek

“Dulu mah memang saya sendiri, cuma karena sekarang sudah tua jadi butuh bantuan, kecapekan,” tutur Abah Pendi.

Berkat Gus Dur

Abah Pendi mengaku telah berjualan pernak-pernik Imlek di sekitar Glodok dan Muara Karang, Jakarta sejak 1973. Saat itu, ia belum menggunakan modal sendiri, sehingga wajib menyetor setoran modal kepada bosnya yang berasal dari Medan.

Selain itu, jumlah dagangannya dulu sangat sedikit. Ia berjualan dengan cara menenteng dagangan seperti penjaja cangcimen (kacang, kuaci, permen) di bus antarkota.

“Dulu waktu (zaman) Pak Harto enggak bebas. Jadi dagang angpaonya juga sedikit. Sebetulnya jualan angpao saja enggak boleh, kalau ketahuan disita,” kenangnya.

“Saya mulai berani (dagang) banyak begini di Tangerang tahun 1999, sejak Presiden Gus Dur. Baru saya pakai modal sendiri," katanya.Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid merupakan presiden keempat RI (1999-2001) yang berani mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China.

Inpres tersebut tidak mengizinkan perayaan kebudayaan Tionghoa, termasuk Imlek, secara terbuka. Sebagai gantinya, kiai yang dijuluki sebagai Bapak Tionghoa Indonesia itu menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 pada 17 Januari 2000.

Membeludaknya pernak-pernik yang seiring kebebasan merayakan Imlek sejak era Gus Dur membuat para pedagang sanggup meraup untung lebih banyak. Hal ini juga dirasakan Ambari (53), keponakan Abah Pendi.

“Lumayan menguntungkan, ya.  Ini kan usaha musiman, jadi harus total, dong. Kalau musiman kita harus melonjak, biasanya sih harus lebih dari 3 juta,” sebut Ambari.

Lapak pernak-pernik Imlek musiman di kawasan Pasar Lama, Tangerang, Banten. Yayan (31), pedagang asal Kuningan, Jawa Barat sedang melayani pembeli yang sibuk menawar harga.KOMPAS.COM/VITORIO MANTALEAN Lapak pernak-pernik Imlek musiman di kawasan Pasar Lama, Tangerang, Banten. Yayan (31), pedagang asal Kuningan, Jawa Barat sedang melayani pembeli yang sibuk menawar harga.
Malah, ia mengaku kalau dirinya pernah meraup pendapatan hingga Rp 20 juta selama sebulan berjualan pernak-pernik Imlek di Pasar Lama.

Susah-Senang

Untuk menyetok barang dagangan, Yayan, Abah Pendi, maupun Ambari, sama-sama mesti bolak-balik ke Asemka, Jakarta Barat. Dari sana, mereka menyewa transportasi daring hingga ke Pasar Lama. Harganya tentu tak murah, namun dapat mencegah kemungkinan barang rusak.

Mereka biasanya menyetok ulang barang dagangan setiap lima hingga tujuh hari. Akan tetapi, tahun ini angka penjualan mereka menciut.

“Tinggal satu minggu, modalnya saja belum ketutup, nih. Kurang tau juga kenapa. Tahun kemarin masih agak lebih  bagus, karena pas hari-hari akhir (berjualan) banyak diborong,” keluh Abah Pendi.

Ambari sependapat. Menurutnya, dari tahun ke tahun dagangannya nyaris laris 100 persen.

“Kalau tahun ini sisa banyak, yah, gimana?  Imlek kan satu tahun sekali. Tiap tahun binatangnya sudah beda,” ujar Ambari merujuk pada layangan berbentuk babi yang ia jual.

Padahal, mereka bukan tanpa pengorbanan berdagang di Pasar Lama. Selama satu bulan hingga jatuhnya Imlek, mereka mesti tidur di kawasan pasar atau di trotoar tepi jalan.

Usai satu bulan berpeluh menjajakan pernak-pernik Imlek, mereka dan puluhan penjaja musiman lainnya akan kembali ke kampung halaman, semacam bedol desa ke Kuningan.

“Paling tanggal 5 malam nanti pulang ramai-ramai, jadi warga Kuningan lagi. Yang tadinya bercocok tanam, kembali bercocok tanam,” pungkas Yayan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com