JAKARTA, KOMPAS.com - Suku Maya diketahui sebagai komunitas pertama yang mengolah biji kakao menjadi minuman cokelat. Bersamaan dengan menemukan benua Amerika, penjelajah Christopher Columbus juga menemukan tanaman kakao.
Namun penjelajah yang menyadari nilai biji kakao sebenarnya adalah Herman Cortez. Cortez yang disajikan minuman cokelat oleh Suku Aztec di Meksiko kemudian membawa biji kakao ke Spanyol.
Dari Spanyol, biji kakao dikembangkan. Tak hanya menjadi minuman di Eropa, melainkan juga jadi hidangan lain.
Budaya cokelat lantas berkembang pesat di Eropa, kakao dan cokelat kemudian menyebar ke penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia.
Masuk ke Indonesia
Menurut Sejarawan kuliner sekaligus Dosen Departemen Sejarah Universitas Padjajaran, Fadly Rahman, di acara Diskusi Media ‘Serba Serbi Cokelat’ dari Mondelez International di Jakarta, Kamis (2/08/2018), Spanyol yang membawa kakao ke Indonesia.
Pada 1560, Spanyol membawa cokelat ke Filipina, negeri koloninya, kemudian dari Filipina menyebar sampai ke Minahasa (Sulawesi Utara).
Jenis kakao yang masuk pertama kali ke Indonesia adalah Kakao Criollo dari Venezuela. Saat itu Venezuela yang juga menjadi koloni Spanyol menjadi penghasil kakao terbesar di dunia. Venezuela memasok setengah biji kakao di dunia.
"Saat itu Belanda masih fokus ke tanaman kopi dan teh," jelas Fadly.
Baru ketika tanaman kopi dan teh rusak akibat penyakit, Belanda mulai beralih fokus untuk membudidayakan kakao pada 1880. Belanda membudidayakan jenis kakao Forastero yang juga berasal dari Venezuela.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.