Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunungkidul Kini Punya Desa Wisata Edukasi Lidah Buaya

Kompas.com - 15/02/2019, 21:34 WIB
Markus Yuwono,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

WONOSARI, KOMPAS.com - Memasuki Dusun Jeruk Legi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, di sekitar pekarangan rumah penduduk terdapat belasan hingga ratusan batang tumbuhan lidah buaya.

Warga setempat mengembangkan tumbuhan lidah buaya yang tumbuh hampir di semua pekarangan untuk wisata edukasi.

Berada di sisi utara Gunungkidul, Desa Katongan bisa ditempuh sekitar 20 menit perjalanan dari pusat Kota Wonosari. Setelah sampai di kantor Kecamatan Nglipar, ambil arah timur atau menuju ke Desa Katongan. Sebagian rumah berbentuk limasan, dengan pekarangan yang masih luas.

Sejak setahun terakhir, warga di sana memberanikan diri mengembangkan desa wisata edukasi minat khusus tentang tanaman lidah buaya, hingga pengelolaanya.

"Wisata edukasi mulai dikembangkan dari awal 2018. Awal mula ada agen wisata yang bertanya tentang wisata edukasi yang menyediakan dari hulu sampai hilir atau mulai budidaya sampai pengolahan sampai menikmati hasilnya," kata salah seorang pengelola desa wisata, Alan Efendhi, saat ditemui di rumahnya, Jumat (15/2/2019).

Di Gunungkidul, tutur Alan, sangat jarang tempat wista edukasi dari hulu sampai hilir.

"Setelah beberapa agen wisata berkunjung ke sini, baru mulai dikenal. Saat ini setiap bulannya ada enam sampai tujuh instansi berkunjung ke sini, dari lokal disini, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur," ucapnya.

Baca juga: Sejumlah Obyek Wisata di Gunungkidul Akan Punya Wifi Gratis

Sejak 2014, Alan nekat membeli bibit lidah buaya jenis Aloe Chinensis Baker dari Sidoarjo, Jawa Timur. Saat itu dirinya masih bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Saat itu ibunya, Sumarni menanam sendiri bibit yang dibeli anaknya di sekitar rumahnya.

"Awalnya ibu saya kaget, tetapi mau bagaimana wong sudah dibeli," katanya.

Alan Efendhi (31) Warga Dusun Jeruk Legi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul, Mencoba KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Alan Efendhi (31) Warga Dusun Jeruk Legi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul, Mencoba

Saat itu dirinya mengajak warga untuk ikut menanam, namun ditolak. Setelah itu tahun 2016 warga mulai ikut menanam karena hasilnya bagus, dan sudah mulai produksi minuman dan kripik berbahan dasar lidah buaya.

"Bahan baku minuman itu sederhana, hanya daging lidah buaya, untuk pewarna dari daun pandan dan suji. Pemanisnya dari gula batu, dan untuk saat ini belum bisa awet hanya tiga sampai empat hari. Semua bagian lidah buaya bisa diolah, dagingnya hingga kulit dan bunganya. Mulai minuman, kripik, dodol, hingga teh celup yang berasal dari kulit. Bahkan lendirnya bisa membuat sabun. Saat ini kami baru minuman dan kripik," ucapnya.

Alan menjelaskan, di sana pengunjung bisa melihat budidaya lidah buaya hingga belajar membuat minuman dan produk lainnya. Ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) pun bisa menjelaskan dengan baik mengenai tanaman lidah buaya. Saat ini sudah ada 100 orang ibu-ibu yang ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, 25 di antaranya tim inti.

"Mereka terlibat dari hulu hingga hilir," ucap Alan.

Pekarangan Warga Dusun Jeruk Lehi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta, Dipenuhi Tanaman Lidah Buaya. Warga mulai Mengambangkan Untuk Wisata EdukasiKOMPAS.com/MARKUS YUWONO Pekarangan Warga Dusun Jeruk Lehi, Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta, Dipenuhi Tanaman Lidah Buaya. Warga mulai Mengambangkan Untuk Wisata Edukasi

Untuk membeli oleh-oleh pun cukup terjangkau. Dengan Rp 2.000,Anda bisa membawa segelas minuman segar. Keripik dijual seharga Rp 10.000 per bungkus.

"Promosi kita masih sebatas media sosial yang ada, jadi belum maksimal," ucapnya.

Akan dikembangkan ke seluruh dusun

Kepala Desa Katongan, Jumawan, mengatakan ke depannya tanaman lidah buaya tidak hanya dikembangkan di Dusun Jeruk Legi, tetapi juga lima dusun lainnya. Apalagi selama ini potensi yang ada belum bisa dimaksimalkan.

"Saya baru dua bulan menjabat, jadi belum bisa berbuat banyak, karena APBDes sudah ditetapkan. Tahun 2020 kami berjanji akan memprioritaskan potensi yang ada di desa kami seperti lidah buaya di sini," katanya.

Tumbuhan Lidah Buaya Tumbuh Subur di Pekarangan Milik Warga Dusun Jeruk Legi, Desa Kantongan, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul, dimanfaatkan Untuk Membuat Minuman dan MakananKOMPAS.com/MARKUS YUWONO Tumbuhan Lidah Buaya Tumbuh Subur di Pekarangan Milik Warga Dusun Jeruk Legi, Desa Kantongan, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul, dimanfaatkan Untuk Membuat Minuman dan Makanan

Jumawan mengatakan dengan adanya pariwisata edukasi di desanya bisa meningkatkan perekonomian warga.

 

"Warga luar daerah sudah banyak yang berkunjung ke sini. Ke depan jika bisa dikembangkan secara maksimal, kami yakin bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, produk yang dihasilkan masyarakat terus dikenal oleh warga luar daerah," ucapnya.  

Salah seorang wisatawan asal Wonosari, Bayu, mengaku baru mengetahui di Desa Katongan ada wisata minat khusus edukasi.

"Tadi ada yang menawari minuman, ternyata segar. Lalu iseng-iseng ke sini untuk membeli produk minuman. Ternyata anak saya suka," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com