NGANJUK, KOMPAS.com - Tidak sembarang orang bisa membuat gamelan. Butuh keseriusan dan ketelatenan dari pembuatnya. Seperti pembuatan gamelan yang dilakukan Mustika Laras di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Memasuki lokasi pembuatan gamelan di Mustika Laras, suara palu dipukul silih berganti untuk menempa besi yang habis dibakar.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Dua pekerja saling bergantian menempa besi untuk membentuk lempengan-lempengan yang dikehendaki. Keringat mereka bercucuran di dalam dapur yang hawanya begitu panas.
Kadang suaranya memekakkan telinga. Kadang terdengar begitu teratur, berirama seperti ada yang mengatur. Begitulah kondisi sehari-hari dapur Mustika Laras.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Mustika Laras saat ini dipimpin oleh
Didik Adiono, merupakan generasi ketiga pembuat gamelan. Awalnya dirintis oleh kakek Didik sejak tahun 1959.
"Lantas diteruskan Nurhadi, bapak saya tahun 1979 setelah kakek saya meninggal 1978. Bapak saya melanjutkan sampai 2008 karena meninggal dunia. Selanjutnya saya teruskan sampai sekarang," kata Didik Adiono ketika menerima kunjungan rombongan media dari Kemenpar, Kamis (24/1/2019).
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
"Saya belajar gamelan sejak 1990 setelah bapak meninggal dan saya lanjutkan sampai sekarang," sambung Didik.
Didik mengaku tak pernah mengenyam sekolah khusus terkait pembuatan gamelan ini. "Belajar secara otodidak. Dari kakek ke bapak dan ke saya. Saya tinggal meneruskan," katanya.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Dia menuturkan, Mustika Laras membuat gamelan secara tradisional.
"Seperti orang membuat batik cap. Kalau cuma nge-cap saja, tak ada rasa apa-apa. Coba kalau membuat batik tulis, pembatik akan bekerja dengan hati. Seperti itulah membuat gamelan," kata Didik.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Didik melanjutkan, kalau mau jadi ahli gamelan harus tekun belajar.
"Harus memiliki kemauan, rajin, semangat, dan telaten. Membuat gamelan seperti sekolah memasuki jenjang SD, SMP dan SMA," katanya.
"Prinsipnya antara pekerja dan pekerjaan yang dilakukan hubungannya sangat erat sehingga timbul rasa sayang dari pekerja terhadap pekerjaan tersebut," tambahnya.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Saat ini Mustika Laras memproduksi gamelan Pelog Slendro (untuk karawitan dan mengiringi pagelaran wayang), gong untuk acara peresmian, gamelan untuk kesenian jaranan.
Berikutnya gamelan untuk kesenian campursari, gamelan untuk musik patrol, gamelan untuk kesenian mongdhe, hingga suvenir/miniatur gamelan dan gagelan untuk drumband.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
Mengenai pemasaran, Didik mengungkapkan gamelan produk Mustika Laras selain dipasarkan untuk wilayah Jawa dan luar Jawa juga ke mancanegara.
"Dijual ke Singapura, Malaysia hingga Belanda dan Amerika," katanya.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras memproduksi gamelan sejak tahun 1959. Usaha ini ditekuni secara turun temurun. Sekarang ditekuni oleh Didik Adiono sebagai generasi ketiga. Mustika Laras berada di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Foto diambil Kamis (24/1/2019).
"Harga gamelan mulai Rp 75 juta sampai Rp 300 juta. Biaasanya gamelan yang dikirim ke luar negeri harganya Rp 300 juta. Ini kualitas terbaik," sambungnya.
Didik menambahkan, selain tekun dan telaten, syarat untuk membuat gamelan harus belajar secara bertahap.
KOMPAS.com/I MADE ASDHIANA Mustika Laras, produsen gamelan di Desa Jatirejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Kamis (24/1/2019).
"Kalau sudah tahap ahli harus memiliki insting. Seperti nyetel gamelan itu atau nge-tem harus memiliki insting atau naluri. Itu sulit untuk dijelaskan. Bapak saya juga pesannya juga begitu, membuat gamelan harus tekun, telaten dan bekerja dengan hati," tutur Didik Adiono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.