Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Festival Imlek Banyuwangi Suguhkan Akulturasi Budaya

Kompas.com - 21/02/2019, 09:09 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


BANYUWANGI, KOMPAS.com - Festival Imlek yang menjadi bagian dari kalender wisata Banyuwangi Festival, berlangsung meriah. Bertempat di halaman Tempat Ibadah Tionghoa Indonesia (TITD) Hoo Tong Bio Banyuwangi, Selasa malam (19/02), dihadiri ribuan orang. Tak hanya dari komunitas Tionghoa, tetapi juga banyak dihadiri lintas etnis.

Ribuan warga dan wisatawan memadati Kelenteng Hoo Tong Bio yang malam itu terlihat semarak. Lampion-lampion dan ornamen-ornamen berwarna merah yang menjadi ciri khas perayaan Imlek dipasang di sepanjang jalan menuju TITD.

"Perayaan Imlek ini, menjadi simbol persatuan bagi kita, rakyat Banyuwangi. Tidak hanya persatuan dengan kehadiran kita, tapi juga kesatuan dalam kebudayaan kita," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

Atraksi kesenian di Klenteng Hoo Tong Bio saat Festival Imlek 2019Humas Pemkab Banyuwangi Atraksi kesenian di Klenteng Hoo Tong Bio saat Festival Imlek 2019
Spirit persatuan itulah, lanjut Anas, mendorong Pemerintah Daerah Banyuwangi menjadikan Imlek sebagai bagian dari Banyuwangi Festival. Menurut Anas, tidak sekedar sebuah atraksi, tetapi ini adalah bagian dari cara untuk mengukuhkan ikatan persaudaraan dan kebudayaan.

"Meski warga Tionghoa di sini tidak sampai lima persen, namun kemeriahan yang dihadirkan sekaligus animo masyarakat yang hadir telah menegaskan persatuan dan toleransi yang tinggi yang telah dibangun oleh seluruh warga dan etnis di Banyuwangi," kata Anas.

Pada malam itu, ekspresi akulturasi pada Festival Imlek di Banyuwangi terlihat dari beragam kesenian yang ditampilkan. Barongsai yang menjadi tradisi Tionghoa tampil bersama dengan Barong Using yang khas Banyuwangi. Begitu juga tetabuhannya. Seperangkat gamelan beradu suara dengan tetabuhan khas negeri tirai bambu itu.

Festival Imlek 2019 di Klenteng Hoo Tong Bio BanyuwangiHumas Pemkab Banyuwangi Festival Imlek 2019 di Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi

Dalam Festival Imlek kali ini, juga disuguhkan 10 ribu porsi lontong Cap Go Meh khas komunitas Tionghoa di Nusantara itu. Ini sebagai simbol akulturasi tradisi Tionghoa dengan masyarakat nusantara.

"Lontong Cap Go Meh adalah akulturasi antara tradisi Tionghoa dengan masyarakat pantura. Diawali di Cirebon, Tegal, Pekalongan dan Lasem lalu tersebar di seluruh komunitas Tionghoa di Nusantara," terang Ketua Majelis Rohaniawan Tridharma Seluruh Indonesia Komisariat Daerah Jawa Timur Leman Kristanto.

Leman menambahkan, tradisi lontong Cap Go Meh disajikan sebagai penutup dari rangkaian Imlek, yaitu pada tanggal 15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa. "Cap Go" sendiri berarti lima belas, sedangkan "Meh" artinya malam.

"Ini adalah momen pertama orang Tionghoa melihat purnama. Hal ini diperingati untuk suatu harapan kehidupan yang akan terus terang sepanjang tahun," ungkapnya.

Sepuluh ribu lontong yang disajikan tersebut, dibagikan kepada warga yang hadir. Mereka menikmati kuliner yang tersaji secara gratis itu.

"Masyarakat Tionghoa meyakini, dengan menyantap lontong tersebut akan mendapat kebaikan di tahun yang baru ini. Ini pula yang kami harapkan untuk seluruh warga Banyuwangi," pungkas Leman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com