“Awal pendanaan cuma dari kas pemuda yang tidak seberapa dengan anggota sekitar 30 orang. Setelah banyak dikunjugi masyarakat luar, baru kita buat warung dan stand-stand untuk pemuda, ternyata bagus, banyak yang datang,” imbuh Rudi.
Baca juga: 5 Tips Nyore Romantis di Puncak Sosok, Bantul
Selanjutnya pihaknya berdiskusi dengan warga dan mereka setuju untuk naik ke tingkat dusun (empat RT). Usai satu suara, pihaknya bertemu dengan kepala desa untuk menyampaikan program pengembangan wisata.
“Alhamdulillah sinkron dengan program desa. Ternyata di desa juga ada program di bidang pariwisata, hanya bentuknya seperti apa masih rancu. Lalu kita di-backup dari desa melalui dana desa untuk akses jalan ke sini ( Puncak Sosok) sepanjang 550 meter,” jelas Rudi.
Berkah Acara Kapolda Cup
Rudi melanjutkan, untuk memecah pengunjung di Puncak Gebang, dibuatlah trek downhill karena kebanyakan pengunjung datang bersepeda. Panjang trek adalah 1,4 kilometer dari Puncak Sosok sampai Puncak Gebang dan dibuat dengan gotong royong.
“Start dari Puncak Sosok, tetapi belum ada jalan seperti sekarang. 2017 akhir kita dipercaya Kapolda Cup untuk event. Kita ngebut, jalan harus jadi. Siang-malam kerja bakti empat RT sekitar 200 warga,” ujar Rudi.
Baca juga: Menikmati Keindahan Malam di Wisata Hits Jogja, Pinus Pengger
Jalan menuju Puncak Sosok akhirnya jadi tanggal 22 Desember 2017, sementara acara dimulai tanggal 23-24 Desember 2017. Jalan itu langsung dipakai oleh tamu hingga peserta acara, termasuk Kapolda DIY, Ahmad Dofiri.
“Alhamdulillah acara sukses. Dari situ bangkit lagi semangat, terus desa juga sangat mendukung, lalu kita diberi dana lagi untuk membuat warung, ayunan, dan gazebo di Puncak Sosok sebesar sekitar 20 juta,” kata Rudi.
Hasil Manis Kerja Keras Karang Taruna dan Masyarakat
Usai 2018, pihaknya fokus membangun Puncak Sosok karena Puncak Gebang dirasa sudah terlalu ramai. Mulai ramai sekitar April 2018, dana seikhlasnya dari pengunjung dan bagi hasil dari warung digunakan untuk menata Puncak Sosok.
“Dari situ kita bisa bikin panggung teater, aula, dan lain-lain, meski belum maksimal. Rencana kita mau bikin area camping ground dan area outbond. Kita juga tidak meninggalkan Puncak Gebang karena embrionya dari sana,” jelas Rudi.
Kini, hasil kerja keras masyarakat setempat telah menghasilkan buah yang manis. Setiap sore, Puncak Sosok hampir selalu ramai oleh pengunjung yang ingin menikmati indahnya sore ditemani alunan musik akustik.
Banyaknya pengunjung yang datang membuat perekonomian masyarakat perlahan membaik. Tak hanya dari dana seikhlasnya saja. Warga juga bisa berjualan untuk menambah penghasilan mereka.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan