Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Berlibur ke Luar Negeri, Cobalah Mampir ke Pasar Tradisional

Kompas.com - 27/02/2019, 10:17 WIB
Sherly Puspita,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

 KOMPAS.com - Destinasi-destinasi wisata menarik nan tersohor barangkali menjadi tujuan wisata Anda saat berlibur ke luar negeri. Tak salah jika Anda kemudian mencari referensi sebanyak-banyaknya agar tiba di destinasi tujuan di waktu terbaik dan minim kendala.

Namun tahukah Anda, mengunjungi pasar tradisional saat berlibur ke luar negeri juga bisa menjadi variasi wisata Anda yang tak kalah menarik.

Hal ini yang Kompas.com lakukan saat mengunjungi Siem Reap, Kamboja atas undangan Courtyard by Marriot Siem Reap Resort baru-baru ini.

Baca juga: Berlibur ke Kamboja, Lebih Baik Bawa Dollar AS atau Riel?

Mendengar nama Siem Reap tentu yan terlintas di benak kita adalah Angkor Wat, Angkot Thom, Ta Prohm, Bayon, atau Angkor National Museum. Namun disela menyambangi destinasi-destinasi populer itu, Kompas.com menyempatkan waktu mengunjungi Psaleu Market, salah satu pasar tradisional di Siem Reap.

Situasi di dalam Psaleu Market, Siem Reap, Kamboja.Kompas.com/SHERLY PUSPITA Situasi di dalam Psaleu Market, Siem Reap, Kamboja.
Psaleu Market hanya berjarak 3,2 kilometer dari tempat saya menginap. Saya menuju pasar dengan memesan tuk tuk, semacam becak motor khas Kamboja melalui aplikasi pemesanan yang saya unduh melalui playstore di android saya. Tarifnya 3 dollar AS untuk turis seperti saya. Namun untuk warga lokal biasanya dikenakan 1 hingga 1,5 dollar AS saja.

Baca juga: Indonesia dan Kamboja Kembali Sepakat Saling Promosikan Potensi Wisata

Suasana pagi di Siem Reap tak beda jauh dengan di Indonesia. Orang-orang tampak sibuk menuju tempat kerjanya, pemilik-pemilik toko mulai membuka gerainya, meski demikian saya tak menemukan kemacetan di Siem Reap.

Sekitar 10 menit menempuh perjalanan, saya sampai juga di Psaleu Market. Seperti pasar tradisional pada umumnya, tenda-tenda pedagang berdiri di sekitaran pasar, tuk-tuk terparkir di akses masuk pasar untuk menunggu pelanggan, pejalan kaki berbaur dengan pengendara motor menciptakan kondisi pasar yang begitu padat.

Saya berjalan menuju bagian dalam pasar. Di tempat itu dijual berbagai macam daging mentah dan juga yang telah diolah. Seperti biasa, bau amis tercium di berbagai sudut pasar.

Pedagang dan pembeli terlibat percakapan yang cukup serius dalam bahasa Khmer yang tentu saja tak saya mengerti. Namun beruntung, beberapa pedagang dapat berbicara dengan bahasa Inggris dan dengan baik hati mau berbincang dengan saya.

"Di pasar tradisional semua orang ingin menawar. Tapi ini sudah biasa bagi kami," ujar seorang pedagang.

Perbincangan singkat itu saya tutup dengan mengatakan "orkun". Dalam bahasa Khmer "orkun" berarti terima kasih. Pedagang itu tersenyum lebar mendengar kata itu.

Mungkin ini menjadi salah satu tips jika Anda berlibur ke luar negeri. Pelajari kata-kata umum dalam bahasa lokal untuk berkomunikasi dengan masyarakat lokal. Tentu ini akan membuat percakapan Anda dengan mereka menjadi lebih hangat.

Di pasar saya juga melihat berbagai bahan makanan tak biasa yang dapat menunjukkan makanan yang digemari masyarakat setempat.

Prahok atau ikan asing cincang khas Kamboja yang dijual di Psaleu Market, Siem Reap, Kamboja.Kompas.com/SHERLY PUSPITA Prahok atau ikan asing cincang khas Kamboja yang dijual di Psaleu Market, Siem Reap, Kamboja.
Saya menemukan penjual prahok. Prahok merupakan ikan asin yang dicincang yang menjadi kegemaran masyarakat Siem Riep. Menurut pedagang, prahok biasanya akan dimasak sebagai auk atau sebagai bumbu penyedap layaknya terasi di Indonesia. Prahok juga kerap dibungkus dengan daun pisang, dibakar, dan disantap dengan sayur dan nasi putih hangat.

Lalu ada juga noum boang, roti tawar khas Kamboja. Noum boang biasanya dijual dengan harga 0,25 dollar AS per buahnya. Biasanya dinikmati dengan cara dipanggang dan ditambahkan berbagai selai.

Selain itu masih banyak bahan masakan unik yang saya temui. Misalnya oum bok, beras yang sengaja dipipihkan sebagai makanan pokok masyarakat Kambja selain nasi. Harganya 1,5 dollar AS per kilonya dan masih banyak lagi.

Saya juga menemukan banyak sayuran tropis seperti yang ada di Indonesia. Sangat menarik.

Tak terasa sekitar 1 jam saya berkeliling pasar dan semuanya tampak menarik. Tak hanya menarik, berkeliling di pasar juga akan menjadi wisata berbudget hemat.

Bagaimana, tertarik mencoba?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com