KOMPAS.com - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Sutopo Purwo Nugroho menyebut mayoritas pengelola hotel yang terletak di sekitaran Pantai Kuta, Bali, telah paham dan peduli terhadap mitigasi bencana.
Ia menyebut hotel-hotel di sekitaran Kuta ini menjadi kawasan wisata percontohan yang peduli pada mitigasi bencana.
Sutopo melanjutkan, saat ini, sebagian besar hotel di Kuta telah menjalani setifikasi mitigasi bencana dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali.
"Bali di Kuta sudah ada program sertifikasi dari BPBD, tapi belum semuanya. Jadi di Kuta hotel sudah disertifikasi apa memenuhi syarat mitigasi. Kemudian di daerah-daerah ini juga harus dikembangkan," ujar Sutopo.
Baca juga: Humas BNPB Usulkan Penanaman Vegetasi di Lokasi Wisata Rawan Tsunami
Ia mengatakan, sertifikasi ini penting dilakukan mengingat Kuta merupakan salah satu wilayah yang rawan terhadap bencana tsunami.
"Sertifikasinya apakah itu termasuk aman atau tidak. Itu dari segi fasilitas yang adanya rambu-rambu itu. Evakuasinya, tempat shelternya, petugas, pegawai hotel tadi sudah paham mitigasinya sehingga bisa memandu para wisatawan yang ada di sana," papar Sutopo.
Tak hanya rambu, lanjut Sutopo, desain bangunan hotelyang kuat dan tahan gempa juga jadi poin penting. Pihak hotel juga diimbau untuk membangun shelter penyelamatan di bagian atas hotel.
"Karena prinsip penyelamatan tsunami itu bulan lari sejauh-jauhnya, tapi lari setinggi-tingginya. Jadi urusan bencana adalah urusan bersama. Pengembang hendaknya juga memprioritaskan soal kebencanaan," tuturnya.
Baca juga: BNPB Minta Pembangunan Sektor Pariwisata Prioritaskan Mitigasi Bencana
Tak hanya melalui prosedur sertifikasi mitigasi bencana, lanjut Sutopo, pengelola hotel juga diharapkan dapat membangun sirine-sirine tsunami yang berbasis komunitas. Menurutnya pengadaan sirine tsunami semacam ini tak bisa hanya mengandalkan dana dari pemerintah.
"Anda bisa bayangkan sirine tsunami di sepanjang pantai Indonesia itu hanya ada 52 unit sirine yang dibangun BMKG. Kemudian ada sekitar 300 sirine tsunami yang dibangun oleh pemerintah daerah. Nah kalau pelaku wisata juga membangun sirine tsunami berbasis komunitas yang biayanya hanya Rp 50-100 juta bisa melayani radius 1 kilometer, tentu akan sangat bermanfaat," kata Sutopo.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.