Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal yang Wajib Diperhatikan Pendaki Agar Tak Terserang Hipotermia

Kompas.com - 04/03/2019, 19:08 WIB
Sherly Puspita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com -  Kabar duka datang dari Sumedang, Jawa Barat. Tiga orang pendaki muda bernama Ferdi Firmansyah (13), Lucky Parikesit (13), dan Agip Trisakti (15) meninggal dunia dalam perjalanan menuju puncak Gunung Tampomas.

Tiga warga desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeng, Indramayu, Jawa Barat itu duduga meninggal karena terserang hipotermia. Ketiganya diduga telah meninggal dunia selama lebih dari 24 jam di dalam tenda.

Tak hanya ketiga korban, kasus hipotermia yang berakibat fatal juga kerap terjadi dan dapat dialami siapa saja.

Untuk menghidari serangan hipotermia, setidaknya ada lima hal yang wajib diperhatikan para pendaki. Berikut Kompas.com merangkumnya untuk Anda.

1. Suhu tubuh

Menurut pendaki gunung senior dari Mapala UI sekaligus pemanjat tebing kenamaan Indonesia, Adi Seno, serangan hipotermia tak hanya terjadi di puncak-puncak gunung es. Hipotermia juga dapat dialami saat mendaki gunung di wilayah tropis seperti di Indonesia.

Namun yang harus menjadi catatan penting, hipotermia tak hanya terjadi akibat suhu lingkungan sekitar dan ketinggian, namun juga kondisi suhu tubuh pendaki tersebut.

Baca juga: Viral, Kisah Pendaki Alami Hipotermia Setelah Ditinggal Temannya Mengejar Puncak

Menurutnya, hipotermia adalah kondisi ketika suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 derajat Celcius. Suhu dalam ini berbeda dengan suhu luar atau suhu kulit.

Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,5 derajat Celcius. Saat kurang dari itu, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Oleh sebab itu, jika suhu tubuh terasa turun drastis, lebih baik akhiri pendakian.

Kisah yang diposting Alim Alwi Yusuf di Facebook-nya viral soal penyelamatan kepada seorang pendaki yang mengalami hipotermia setelah ditinggal temannya.Facebook Alim Alwi Yusuf Kisah yang diposting Alim Alwi Yusuf di Facebook-nya viral soal penyelamatan kepada seorang pendaki yang mengalami hipotermia setelah ditinggal temannya.

2. Gejala

Hipotermia biasanya tak datang secara tiba-tiba dan langsung berakibat fatal. Ada beragam gejala yang akan muncul sebelum serangan terparah terjadi.

"Gejalanya antara lain tidak berhenti menggigil, halusinasi, juga muntah-muntah," tutur Adi Seno.

Tak hanya itu,  gejala hipotermia juga melingkupi bicara melantur, kulit sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun.

Baca juga: Jangan Gegabah, Kenali Gejala Hipotermia Sebelum Mendaki Gunung

Menurutnya, menggigil terjadi karena kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.

"Banyak pendaki yang tidak sadar akan gejala hipotermia. Apalagi pendaki Indonesia yang seringkali 'saklek' pengen ke puncak, padahal kulitnya sudah membiru atau detak jantungnya melemah," lanjut Adi.

3. Persiapan

Faktor lain yang menyebabkan serangan hipotermia berakibat fatal adalah kurangnya persiapan si pendaki.

Lazimnya pendaki mempelajari medan yang akan ditempuh, mengecek kondisi cuaca sehingga memahami peralatan apa saja yang harus disiapkan.

Anggota Senior Mountaineering Wanadri, Djukardi ‘Adriana’ Bongkeng, mengatakan selain karena minimnya perencanaan dan persiapan pendakian, banyak pendaki pemula minim pengetahuan terkait hal-hal non teknis seperti hipotermia.

 “Hipotermia biasa terjadi pada keadaan basah dan berangin di tempat yang dingin, medan yang ditempuh tidak terlalu menentukan, justru persiapan kita yang menentukan,” tutur Djukardi ‘Adriana’ Bongkeng, saat dihubungi KompasTravel beberapa saat yang lalu.

4. Asupan makanan

Kurangnya asupan makanan juga akan menjadi salah satu faktor yang membuat serangan hipotermia semakin parah.

Meski tengah asik mendaki dan menikmati keindahan alam, para pendaki juga tak boleh lupa menjaga asupan makannya agar tak mudah kelelahan dan terhindar dari berbagai kendala pendakian, termasuk hipotermia.

Baca juga: Penting, Pertolongan Pertama Saat Teman Mendaki Terkena Hipotermia

Oleh sebab itu para pendaki sangat disarankan membawa roti kering atau makanan manis lainnya dan meletakkannya di bagian tas atau kantong yang mudah dijangkau sembari melakukan perjalanan.

“Jika serangan hipotermia mulai muncul, pendaki harus diberi minum air putih hangat juga. Kalau menggigilnya sudah berkurang, bisa diberi makanan hangat," tambah Djukardi.

5. Kondisi pakaian

Mendaki dengan kondisi pakaian yang basah juga dapat memicu serangan hipotermia.

Adi Seno menambahkan, apabila  terjadi gejala hipotermia, pendaki disarankan menganti bajunya dengan baju bersih dan lebih kering dan segera masuk ke dalam sleeping bag.

Meski sedrhana, namun hal-halini wajib diperhatikan para pendaki untuk menghindari serangan hipotermia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com