Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Api, Tradisi Turun-Temurun Umat Hindu Lombok Sambut Nyepi

Kompas.com - 07/03/2019, 17:00 WIB
Karnia Septia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


MATARAM, KOMPAS.com - Aroma minyak tanah menyeruak. Warga telah bersiap membawa seikat daun kelapa kering atau 'bobok'. Sesekali teriakan dari dua kubu lawan saling bersahutan. Suasana makin riuh, saat api obor mulai dinyalakan.

Sore itu puluhan umat Hindu dari dua kampung yaitu Negara Saka dan Sweta, telah berkumpul untuk melaksanakan tradisi Perang Api yang digelar sehari sebelum pelaksanaan Nyepi.

Warga yang antusias ingin menyaksikan secara langsung, sudah berdesakan di lokasi pelaksanaan perang api di seputaran tugu Tani, Cakranegara, Kota Mataram, NTB.

Tradisi perang api ini, telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh warga kampung Negara Saka dan Sweta setiap tahunnya.

Tradisi perang api merupakan rangkaian menyambut hari raya Nyepi, yang dilaksanakan setelah pawai ogoh-ogoh selesai.

Menjelang waktu senja, puluhan ikat bobok dibakar oleh para pemuda dari dua kampung, sebagai tanda dimulainya perang api.

Perang api pun berlangsung riuh. Kedua kubu saling memukul tubuh lawan dengan bobok yang masih menyala.

Meskipun saling pukul dan terluka, namun warga dari kedua kubu tidak pernah berseteru dan bermusuhan setelah perang api selesai.

"Selama ini tidak ada permusuhan dari dua kubu, bila ada perselisihan langsung diselesaikan hari itu juga," terang I Wayan Juet, Pecalang Tri Darma Sweta.

Usai perang api selesai, warga dari kedua kubu pun saling rangkul dan bersalaman. Tidak ada dendam diantara mereka.

Perang api ini dilaksanakan turun-temurun sejak jaman kerajaan, kurang lebih sekitar abad 16.

Selain untuk menyambut perayaan Nyepi, sebagian warga percaya perang api ini dahulu dilakukan untuk penolak bala dari serangan wabah penyakit.

Perang api atau dikenal dengan perang bobok, merupakan cerminan semangat umat Hindu untuk melaksanakan Nyepi yang akan dilaksanakan mulai dari menjelang terbit matahari sampai keesokan harinya saat menjelang terbit matahari.

Kepala lingkungan Sweta barat I Gusti Bagus Mayana, mengatakan, semangat perang api ini diharapkan dapat diterapkan di tahun politik ini.

"Semangat berapi-api untuk memilih pada pencoblosan (tidak golput). Jadi semangat yang sekarang ini menggambarkan juga nanti bulan April," kata Gusti.

Gusti menambahkan, kita boleh berbeda pendapat, berbeda partai atau berbeda pilihan capres nomor 01 atau 02. Tetapi setelah pemilu selesai, kita harus saling rangkul dan bersatu kembali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com