Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Pantai Enagera di Kaki Gunung Api Ebulobo Flores (1)

Kompas.com - 12/03/2019, 20:32 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

MAUPONGO, KOMPAS.com — Nama-nama obyek wisata di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur memiliki kisah tersendiri. Obyek wisata itu selalu berkaitan dengan kisah-kisah leluhur yang menghuni pertama di tempat itu.

Salah satu dari ratusan obyek wisata di Pulau Flores yang masih tersembunyi di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo adalah Pantai Enagera.

Pantai Enagera terletak di Desa Wolotelu, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo belumlah terkenal dibanding dengan obyek wisata di berbagai tempat di bagian utara dan selatan dari Pulau Flores.

Kalangan tertentu atau warga sekitar itu yang hanya mengetahui obyek wisata itu. Bahkan, warga Desa Wolotelu dan Maupongo serta sekitarnya yang sering berwisata di obyek itu berenang dan mandi.

Orang luar atau wisatawan asing belum mengetahui obyek wisata pantai untuk berlibur dan menikmati senja di obyek wisata unik tersebut. Bahkan, anak-anak usia sekolah di Desa Wolotelu menikmati alam dan pantai Enagera ketika senja tiba di ujung barat dari pantai tersebut.

Baca juga: Berkunjung ke Sentra Tenun Sulam Rana Tonjong di Flores Barat

Sesungguhnya, selain obyek wisata Pantai Enagera yang unik karena pasir dan bebatuannya, juga ada kisah unik dan menarik bagi wisatawan asing dan Nusantara untuk menelusuri kawasan yang berada di bawah kaki gunung api Ebulobo Flores.

Inilah legenda asal usul nama pantai Enagera yang berhasil dihimpun Kompas.com, Senin (25/2/2019) malam. Malam itu sebagai orang baru yang ingin meliput obyek wisata dan Festival Pantai Enagera I Nagekeo meminta izin dan restu agar selama peliputan berjalan dengan lancar dan dijaga leluhur setempat.

Baca juga: Kisah Mistis Tiwu Ndeghar Peka, Hanya Ada di Flores Barat

Pemilik ulayat Pantai Enagera sekaligus pewaris leluhur itu, Laurensius Ame, Kornelis Gere dan Mikael Bene kepada Kompas.com, Selasa (26/2/2019), menjelaskan, nama pantai Enagera di selatan dari Kabupaten Nagekeo.

Ena dalam bahasa Keo itu berarti pasir dan Gera itu nama leluhur yang menjaga pantai serta wilayah sekitarnya. Biasanya pewaris menyebutnya Gera Gae. Jadi leluhur itu yang menjaga pantai Ena.

Pantai Enagera di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo sangat eksotis saat matahari terbenam. Obyek wisata ini sedang gencar dipromosikan oleh pemuda Maupongo dengan memulai Festival Pantai Enagera-Maupongo-Nagekeo, Flores, NTT, Selasa (26/2/2019). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Pantai Enagera di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo sangat eksotis saat matahari terbenam. Obyek wisata ini sedang gencar dipromosikan oleh pemuda Maupongo dengan memulai Festival Pantai Enagera-Maupongo-Nagekeo, Flores, NTT, Selasa (26/2/2019).
Lalu, nama leluhur itu diabadikan untuk menamai pantai itu menjadi Pantai Enagera. Ribuan tahun lalu sudah memberikan nama pantai itu Pantai Enagera. Karena leluhur menjaga pantai tersebut.

Ame mengisahkan bahwa leluhur itu yang menjaga dan penjaga pantai yang penuh dengan pasir (Ena) dan bebatuan yang sangat berbeda dengan pantai lain di kawasan Selatan dari Kabupaten Nagekeo.

“Kami sebagai generasi penerus dan pewaris mengabadikan dan menghormat leluhur itu dengan memberikan nama Pantai Enagera di kawasan Selatan dari Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores,” jelasnya.

Menurut Gere, selain nama leluhur itu, pantai ini sangat unik dan memiliki nilai mistisnya. Di mana, setiap tahunnya, pasir akan berada di bibir pantai pada bulan April. Juga ada sebuah batu di bibir pantai itu untuk meminta hujan oleh keturunannya. Jadi pada bulan Januari sampai Maret, pantai ini dipenuhi bebatuan yang unik. Lalu memasuki bulan April bibir pantai ini penuh dengan pasir.

“Kami juga tidak tahu mengapa hal ini terjadi. Namun, dari tahun ke tahun bahwa peristiwa itu terus terjadi di Pantai tersebut. Kami pikir disinilah tanda-tanda mistis dari pantai ini,” kata Gere.

Festival Pantai Enagera I Ajang Promosi

Mikael Bene menjelaskan, Festival Pantai Enagera I yang diinisiatif oleh pemuda milenial Maupongo didukung oleh pemangku adat dari Pantai Enagera tersebut.

Senin malam, (25/2/2019) sejumlah pemuda Maupongo bersama dengan pemerintah Desa Wolotelu bertemu pewaris sekaligus penjaga Pantai Enagera di rumah adat yang berada tak jauh dari pantai itu untuk meminta restu dan melaksanakan ritual adat sebagai penghormatan terhadap leluhur agar pelaksanaan dari Festival ini berjalan lancar, aman.

Malam itu, Fredi, Lodi, Aston dan Yohanes Lado dan Kompas.com bertemu tua-tua adat di rumah adat untuk meminta izin dan restu leluhur agar pelaksanaan festival Pantai Enagera I sebagai ajang promosi berjalan dengan aman dan lancar karena Pantai Enagera selama ini belum dipromosikan secara luas.

“Inisiatif dan kreasi anak muda atau kaum milenial Maupongo sangat didukung oleh tokoh-tokoh adat di Desa Wolotelu,” kata Fredi.

Kaum milenial Maupongo, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, Selasa (26/2/2019) menggerakkan pemuda lintas ilmu dan agama untuk melaksakanan Festival Pantai Enagera I. Pantai Enagera adalah pantai yang masih minim promosoi. Festival ini mempromosikan berbagai tarian khas Nagekeo. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Kaum milenial Maupongo, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, Selasa (26/2/2019) menggerakkan pemuda lintas ilmu dan agama untuk melaksakanan Festival Pantai Enagera I. Pantai Enagera adalah pantai yang masih minim promosoi. Festival ini mempromosikan berbagai tarian khas Nagekeo.
Gelar Festival Pantai Enagera I Nagekeo

Selasa, (26/2/2019) Festival Pantai Enagera I dibuka langsung oleh Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja bersama dengan sejumlah pejabat Kabupaten Nagekeo serta Putri Pariwisata Kabupaten Nagekeo 2018.

Pemuda milenial Maupongo berani bergerak dan berinisiatif menggelar Festival Pantai Enagera, Desa Wolotelu, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo mempromosikan obyek wisata pantai Enagera yang minim promosi dan tersembunyi di Pantai Selatan dari Kabupaten Nagekeo tersebut.

Para pemuda Maupongo berani mengambil langkah cepat dengan menggelar festival Pantai Enagera pertama sejak Kabupaten Kabupaten Nagekeo yang sudah berusia 13 tahun. Pemuda milenial Maupongo yang mendiami lembah Sawu, di bawah kaki Gunung berapi Ebulobo cepat membaca peluang pengembangan pariwisata di Kabupaten Nagekeo.

Festival Pantai Enagera dilaksanakan tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Nagekeo. Para pemuda bergerak dalam keterbatasan dana dalam menggelar sebuah event besar dengan menghadirkan sejumlah penyanyi kondang Nasional, seperti Mario Klau, Aldo Longa serta belasan atraksi budaya dan tarian-tarian khas Nagekeo.

Kumpulan pemuda itu menangkap peluang pariwisata di Kabupaten Nagekeo yang selama ini belum tersentuh dengan promosinya selama satu minggu. Festival Pantai Enagera dimulai Selasa (26/2/2019) sampai Selasa (5/3/2019).

Ketua Pelaksana Penyelenggara Festival Pantai Enagera, Festival Enagera Beach, Dominikus Kuchu Dua kepada Kompas.com, Selasa (26/2/2019) menjelaskan, Pantai Enagera, Desa Wolotelu yang berada di Pantai Selatan dari Kabupaten Nagekeo merupakan salah satu obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Nagekeo.

Selain itu, visi pembangunan Bupati Nagekeo, dr Yohanes Don Bosco Do dan Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja yang berbasis pada pertanian dan pariwisata telah merasuki generasi milenial Maupongo khususnya dan Nagekeo umumnya untuk berpikir visioner dan bertindak strategis agar apa yang menjadi visi besar dari Pemkab Nagekeo lima tahun ke depan ini dapat terwujud demi meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah Kabupaten Nagekeo.

“Pemuda milenial Nagekeo dan Maupongo khususnya sebagai pelopor dan penggerak perubahan dituntut untuk progresif, mengangkat dan memperjuangkan berbagai potensi daerah demi menciptakan perubahan dan kemajuan bersama. Nagekeo tidak hanya sebagai sebuah wilayah administrasi pemerintahan, tetapi sebagai identitas jati diri dan Nagekeo sebagai sebuah destinasi impian di masa akan datang,” jelas Dominikus Kuchu Dua.

Gunung Api Ebulobo sebagai salah satu spot destinasi di Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Kamis (28/2/2019) belum dipromosikan sebagai destinasi trekking ke puncak gunung berapi tersebut.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Gunung Api Ebulobo sebagai salah satu spot destinasi di Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Kamis (28/2/2019) belum dipromosikan sebagai destinasi trekking ke puncak gunung berapi tersebut.
Kuchu menjelaskan, pidato Bupati Nagekeo, dr Yohanes Don Bosco Do dan Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja saat pesta rakyat di Lapangan Mbay, 27 Desember 2019 lalu dengan kalimatnya, “Pemuda Nagekeo jangan menyerah dan teruslah berkreasi sebagai generasi milenial” membangkitkan semangat pemuda Maupongo untuk bergerak cepat dan mengambil inisiatif mempromosikan potensi pariwisata dan pertanian yang masih tertidur.

Kuchu mengatakan, menyimak dan belajar dari daerah-daerah lain di Indonesia seperti Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur dan Kabupaten Morotai di Maluku Utara yang begitu maju pesat dalam pembangunan pariwisata, maka pemuda Maupongo-Nagekeo mendiskusikan dan melakukan gebrakan serta terobosan menyelenggarakan Festival Pantai Ena Gera I 2019 ini.

“Sebagai orang muda milenial, kami menyadari berbagai keterbatasan akibat dari pengalaman yang minim untuk mengelola sebuah kegiatan yang pertama dan perdana semenjak Kabupaten Nagekeo dibentuk menjadi daerah otonom tersendiri. Sehingga tidak heran jika dalam perjalanan proses penyelenggaraan ini mendapatkan begitu banyak tantangan. Tetapi dalam jiwa dan semangat berkorban serta ketulusan untuk sebuah perubahan, kami terus melangkah dengan penuh semangat di bawah inspirasi Pemimpin Daerah Nagekeo yang selalu menguatkan orang muda Nagekeo agar jangan pernah menyerah,” ungkapnya.

Kuchu menjelaskan, tantangan yang disampaikan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat dan pemimpin Nagekeo agar pemuda milenial Nusa Tenggara Timur tampil sebagai event organizer (EO) untuk mengelola potensi apa saja di seluruh Nusa Tenggara Timur. Para pemuda Maupongo menangkap pertama tantangan dari Gubernur NTT dengan mengelola festival Pantai Enagera I Nagekeo.

“Tantangan yang disampaikan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Bupati Nagekeo, dr Yohanes Don Bosco Do dan Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja memicu dan memacu pemuda milenial Maupongo untuk bergerak dan memulai dalam keterbatasannya. Intinya, tantangan itu harus di mulai dari sekarang dan digerakkan oleh pemuda millennial,” jelasnya.

Matahari terbenam di langit Pantai Selatan di Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Selasa (26/2/2019). Ini salah satu spot destinasi di Pantai Enagera di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo yang membutuhkan promosi yang luas.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Matahari terbenam di langit Pantai Selatan di Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT, Selasa (26/2/2019). Ini salah satu spot destinasi di Pantai Enagera di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo yang membutuhkan promosi yang luas.
Kuchu melanjutkan, para pemuda Maupongo-Nagekeo mengemas tema pada Festival Pantai Enagera I “Pariwisata Masa Depan Kita, Budaya Jati diri Kita”.

Bupati Nagekeo, dr Yohanes Don Bosco Do kepada Kompas. com, Senin (25/2/2019), mengatakan masa kepemimpinan kami lima tahun berikut akan menggerakkan generasi milenial di Kabupaten Nagekeo untuk mempromosikan berbagai potensi di wilayah Kabupaten Nagekeo. Visi lima tahun kedepan berbasis pertanian dan pariwisata. Untuk itu kaum milenial di Kabupaten Nagekeo harus berkreatif dan berinisiatif untuk menggelar berbagai event budaya dan event pertanian. Pertanian dan pariwisata saling berkaitan satu sama lain.

“Saat syukuran kemenangan di Lapangan Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo saya menantang pemuda dan pemudi Nagekeo dengan kalimat “Pemuda jangan pernah menyerah”. Pemuda harus terus bergerak dan bertindak untuk mempromosikan berbagai keunikan alam, budaya dan pertanian di seluruh wilayah Kabupaten Nagekeo. Bukan saatnya lagi menunggu apa yang dilakukan pemerintah. Pemerintah menyiapkan berbagai aturan-aturan. Pemuda yang bergerak,” katanya.

Bupati Don menjelaskan, potensi pertanian dan pariwisata di Kabupaten Nagekeo belum gencar dipromosikan. Misalnya, buah durian dari kawasan lembah Sawu di Maupongo, pisang khas Maupongo yang selama di bawa ke Bali dan Surabaya, pantai-pantai yang eksotis, perkampungan adat dan Etu atau tinju adat. Banyak hal yang bisa digerakkan oleh generasi milenial di Kabupaten Nagekeo.

Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja saat membuka Festival Pantai Enagera I Nagekeo, Selasa (26/2/2019) mengapreasi apa yang digerakkan oleh pemuda Maupongo dengan menggelar event besar tanpa dana dari Pemerintah Kabupaten Nagekeo. Bahkan, saat Festival Pantai Enagera ini, pemuda Maupongo tampil sebagai EO. Pemuda  Maupongo mulai bergerak dan tidak lagi menunggu apa yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Nagekeo.

“Saya sebagai pribadi dan Wakil Bupati Nagekeo memberikan penghargaan kepada kaum milenial Maupongo yang berani mengambil keputusan dan melangkah lebih maju dengan menggelar Festival Pantai Enagera I 2019 ini. Apabila pemuda Nagekeo bergerak dengan potensi yang dimiliki maka Pemerintah Kabupaten Nagekeo siap memberikan dukungan penuh. Kaum milenial harus mengisi roda pembangunan dengan mengangkat berbagai potensi yang ada di sekitar lingkungan masing-masing,” katanya.

Waja menjelaskan, visi Pemkab Nagekeo berbasis pertanian dan pariwisata yang sangat potensial di seluruh wilayah Kabupaten Nagekeo. Untuk itu pemuda lintas generasi berani memulai dan bergerak dalam keterbatasan yang dimilikinya. Berani memulai dan bergerak cepat sesuai dengan perkembangan zaman saat ini," ujarnya.

“Festival Pantai Ena Gera yang diselenggarakan oleh komunitas milenial Maupongo adalah upaya merespon berbagai dinamika pembangunan dalam upaya mewujudkan Nagekeo Kabupaten Pariwisata,” jelasnya.

Kaum milenial Maupongo, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, Selasa (26/2/2019) menggerakkan pemuda lintas ilmu dan agama untuk melaksakanan Festival Pantai Enagera I. Pantai Enagera adalah pantai yang masih minim promosoi. Festival ini mempromosikan berbagai tarian khas Nagekeo. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Kaum milenial Maupongo, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, Selasa (26/2/2019) menggerakkan pemuda lintas ilmu dan agama untuk melaksakanan Festival Pantai Enagera I. Pantai Enagera adalah pantai yang masih minim promosoi. Festival ini mempromosikan berbagai tarian khas Nagekeo.
Pastor Paroki Joann Baptista Wolosambi, Maupongo, Pastor Rudolf Alfonsus Eka kepada Kompas.com, Selasa (26/2/2019) mengatakan, saatnya pemuda harus berani berkreasi dan berinisitif untuk menyelenggarakan berbagai event pariwisata yang ada di Kabupaten Nagekeo.

Kaum muda jangan terus menunggu melainkan mulai bergerak dengan cepat untuk mengangkat potensi pariwisata dan pertanian di Kabupaten Nagekeo. Banyak keunikan-keunikan di Kabupaten Nagekeo yang belum tersentuh promosi yang luas.

“Berbagai pihak, baik Gereja maupun Pemkab Nagekeo menunggu keterlibatan aktif dari kaum milenial untuk mengangkat keunikan-keunikan alam, budaya dan pantai di seluruh wilayah Maupongo. Intinya mulai bergerak dan berinisiatif dan bertindak untuk mempromosikan keunikan-keunikan yang masih tersembunyi di Lembah Sawu, Pantai Selatan dari Kabupaten Nagekeo. Jika pemuda sudah bergerak dan berbuat maka semua pihak siap mendukung dengan cara masing-masing. Jangan lagi menunggu dan hanya bergelut di seputar ide. Ide harus diimplementasikan dengan cepat dan ada hasilnya. Berani memulai dari keterbatasan yang dimiliki,” jelasnya.

Sampah Plastik di Tebing Menuju Pantai Enagera

Senin (25/2/2019) setelah Kompas.com tiba di Pastoran Joann Baptista-Wolosambi, Kecamatan Maupongo dari perjalanan jauh dari arah Barat dengan menumpang bus umum Rute Manggarai-Maupongo, Harapan Tontang, berbincang dengan panitia Festival Pantai Enagera di Pastoran bersama dengan Pastor Paroki, Romo Rudolf Alfonsus Eka. Sebagaimana biasanya tamu di jamu dengan minuman kopi khas Maupongo.

Selesai minum kopi, Yohanes Lado, staf Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nagekeo menawarkan untuk berwisata ke Pantai Enagera sambil mengamati persiapan dan mengambil gambar pantai serta senja di pantai tersebut.

Sebelum tiba di lokasi Pantai Enagera, Lado meminta saya untuk mengabadikan Pantai Enagera dari bibir tebing di pinggir jalan. Namun, saat saya turun untuk mengabadikan keindahan Pantai Enagera, mata saya terkejut dengan penuh sampah plastik seperti botol-botol minuman yang dibuang di tebing tersebut.

Jadi mungkin tebing-tebing di sisi kiri dari arah Maupongo, ibu kota Kecamatan Maupongo sebagai tempat pembuangan sampah.

Pantai Enagera di Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Pantai Enagera di Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT.
Beberapa menit berada di tebing itu untuk mengabadikan keindahan Pantai Enagera, kami melanjutkan perjalanan menuju ke lokasi Pantai Enagera. Saat tiba di lokasi persiapan Festival Pantai Enagera. Saat itu panitia sedang mempersiapkan pengerjaan panggung dan lain sebagainya. Selanjutnya saya menuju ke Pantai Enagera untuk mengabadikan keunikan dan keindahan Pantai tersebut.

Staf Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Nagekeo sekaligus penggiat masalah sampah plastik di daerah itu, Yohanes Lado kepada Kompas.com, Selasa (26/2/2019) menjelaskan, pihakny lagi perang dengan sampah plastik di Kabupaten Nagekeo.

"Saya bersama dengan berbagai elemen di Kabupaten Nagekeo sedang gencar memerangi sampah plastik. Beberapa waktu lalu, semua elemen di Kota Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo memungut sampah plastik di berbagai tempat. Apa yang dilihat di tebing menuju Pantai Enagera yang penuh dengan sampah akan dibersihkan dengan melibatkan anak-anak sekolah dan masyarakat setempat.

“Sampah plastik di Kabupaten Nagekeo harus dibersihkan oleh semua elemen demi Kabupaten Nagekeo bersih dan nyaman di kunjungi wisatawan asing dan Nusantara. Saya terus memposting gerakan memungut sampah di berbagai tempat di Kabupaten Nagekeo. Masalah sampah di obyek wisata menjadi masalah bersama untuk ditangani secara bersama-sama,” jelasnya.

Cara Menjelajahi Obyek Wisata Pantai Enagera, wisatawan dari arah Timur belok kiri di pertigaan Gako, Boawae. Tepat di depan SMPN Gako Boawae. Wisatawan dari arah barat, belok kanan di pertigaan Gako, Boawae, selanjutnya wisatawan menjelajahi kawasan sejuta tanaman di kiri kana jalan di kawasan selatan dari Gunung Api Ebulobo.

Kaum milenial Maupongo, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, Selasa (26/2/2019) menggerakkan pemuda lintas ilmu dan agama untuk melaksakanan Festival Pantai Enagera I. Pantai Enagera adalah pantai yang masih minim promosoi. Festival ini mempromosikan berbagai tarian khas Nagekeo. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Kaum milenial Maupongo, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo, Selasa (26/2/2019) menggerakkan pemuda lintas ilmu dan agama untuk melaksakanan Festival Pantai Enagera I. Pantai Enagera adalah pantai yang masih minim promosoi. Festival ini mempromosikan berbagai tarian khas Nagekeo.
Jalan raya menuju obyek wisata di kawasan Kecamatan Maupongo cukup mulus. Dari pertigaan itu berhenti di Pastoran Joann Baptista-Wolosambi untuk menikmat keindahan di alam Lembah Sawu dan Pantai Selatan dari Kabupaten Nagekeo tersebut. Berjejeran lereng-lereng bukit dari Gunung Api Ebulobo. Dari Pertigaan Gako sampai di Pantai Enagera bisa menghabiskan waktu dua jam... (Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com