10. Tarian Etu, Melo Eto atau Mbela Etu
Para petarung dari dua kubu dalam permainan etu atau tinju adat selalu didahului tari-tarian dengan iringan musik bamboo di pinggir arena tarung. Kedua petarung itu sambil menari-nari sebelum adu ketangkasan.
Tua-tua adat memukul bambu dengan bambu kecil untuk memberikan semangat kepada petarung yang siap masuk arena yang sudah disediakan oleh tua-tua adat. Pusat tarian Etu ini ada di Kampung Wulu Nua Puu, Desa Wuliwalo, Kecamatan Mauponggo.
Untuk menyaksikan dan meliput tarian dan tradisi ini selalu dilaksanakan pada bulan Februari setiap tahun. Sebelum bulan Februari tarian dan tradisi Etu bisa dipentaskan jika tua adat dan masyarakat di Kampung Wulu Nua Puu sudah melaksanakan tradisi dan tarian Etu ini.
Teke Mere, atau Imam adat dan Pemangku adat Kampung Wulu Nua Puu, Paulinus Poso dan Adam Jago, kepada Kompas.com, Rabu (27/2/2019) menjelaskan, tarian dan tradisi Etu bisa dipentaskan pada syukuran peresmian Gereja serta tahbisan Imam baru dan acara budaya di Kabupaten Nagekeo.
Namun, syaratnya bisa dilaksanakan sesudah bulan Februari setiap tahun dalam kalender adat setempat. Tarian dan tradisi ini tak bisa dilaksanakan sebelum bulan Februari.
11. Tarian Ndawi Dera dari SMP Pusu.
12. Tarian-tarian daerah Nagekeo dan musik tradisional dari Orang Muda Katolik Paroki Santo Joann Baptista Wolosambi, Kevikepan Boawae, Keuskupan Agung Ende.
13. Tarian Peduli Sampah dari SMAK Wolosambi.
14. Tarian Baja Naa dari SMP Hanura.
Ketua Umum Pemuda Mauponggo Event Organizer, Kabupaten Nagekeo, Lodofikus Raga Muja kepada Kompas.com, Selasa (26/2/2019), menjelaskan, Festival Pantai Enagera yang pertama kali dilaksanakan ini untuk mempromosikan keunikan alam, budaya dana lam di bawah lembah Sawu, dibawah kaki Gunung api Ebulobo.
“Kami mengambil keputusan ini untuk terlibat dalam pembangunan di Kabupaten Nagekeo khususnya mempromosikan obyek wisata, budaya dan alam di Kecamatan Mauponggo yang belum tersentuh promosinya. Pemuda Nagekeo umumnya dan Mauponggo khususnya harus bangkit untuk mempromosikan kekayaan alam, budaya dan obyek wisata yang sangat unik di kawasan selatan dari Kabupaten Nagekeo, “ kata Lodofikus Raga Muja
Bukan hanya pementasan musik dan tarian tradisional, lanjut, Muja, talk show juga dilakukan di lokasi Festival dengan melibatkan Wakil Bupati Nagekeo, Marianus Waja serta sejumlah pemateri di bidang Pariwisata dan Ketua DPRD NTT, Anwar Pua Geno.
Muja menjelaskan, penutupan Festival Pantai Enagera dilakukan oleh Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Nagekeo, Selasa (5/3/2019) malam.
“Festival Pantai Enagera harus dilaksanakan setiap tahunnya. Pemuda Mauponggo sudah berbuat sesuatu dan berani menggelar Festival Pantai Enagera tanpa anggaran pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Nagekeo. Pemuda bangkit dan pemerintah mendukung," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.