JAKARTA, KOMPAS.com - Tiba-tiba saja mangkuk pengaduk kue mengeluarkan asap putih saat diaduk. Semua orang terkesima, "Wuaaaah..." Lebih terkesima lagi, tak sampai 15 menit jadilah gelato cokelat yang terasa sedap di mangkuk pengaduk tersebut.
Itulah gambaran kelas gastronomi molekuler, membuat takjub para peserta kelas memasak. Berbeda dengan kelas memasak lainnya gastronomi molekuker lebih berfokus kepada perubahan bentuk yang dipicu oleh reaksi kimiawi bahan makanan.
"Molecular gastronomy singkatnya adalah memasak dengan science (sains)," kata koki Ronald Prasanto dalam acara Molecular Gastronomy x Duralex di Ramurasa Cooking Studio, Jakarta, Jumat (5/4/2019).
Baca juga: Indonesia Ikut Promosi Wisata Gastronomi di Perancis
Ronald menjelaskan memasak dengan memadukan sains ini memiliki berbagai kelebihan. Pertama adalah proses memasak yang menarik dan dapat menjadi atraksi.
Selanjutnya ketika memasak bersama anak-anak, akan jadi lebih menyenangkan dan membuat anak dapat belajar banyak hal.
Baca juga: Warga Perancis Serbu Rendang di Pameran Gastronomi Paris
Kemudian perubahan warna teh bunga telang dan membuatnya bersoda menggunakan biang es, serta membuat dragon breath dari biskuit yag direndam nitrogen cair, menyebabkan yang memakan biskuit mengeluarkan asap dari hidungnya.
"Untuk belajar molecular gastronomy yang paling penting tahu basic (dasar) memasak dan pengetahuan akan batasan-batasan. Misalnya jangan menelan biang es atau mengenakan nitrogen cair ke mata," kata Ronald.
Ia sendiri tertarik mempelajari gastronomi molekuler lantaran kebiasaan suka menjahili teman-teman yang menyantap makanannya.
"Dengan memanfaatkan science juga kita bisa menggunakan bahan-bahan yang lebih murah untuk memasak daripada seharusnya," jelas Ronald.
Dua jam rasanya kurang untuk belajar gastronomi molekuler. Selain membuat takjub, jelas perubahan bentuk bahan makanan menjadi pembelajaran yang menyenangkan bahkan untuk orang dewasa sekalipun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.