Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Kuburan Kuno Milik Bangsawan Toraja

Kompas.com - 12/04/2019, 22:13 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

RANTEPAO, KOMPAS.com – Secara adat, warga Toraja memang tidak menguburkan jenazah di dalam tanah. Mereka mengadakan rambu solo’ (upacara kematian) dan menyembelih kerbau, kemudian menyimpan jenazah di dalam batu besar yang telah dikeruk.

Namun bagaimana jika warga yang bersangkutan tidak memiliki atau tak mampu membeli kerbau? Jenazah dibaringkan di lantai, atau di dalam peti, selama berhari-hari hingga tahunan hingga akhirnya rambu solo’ berhasil digelar. Selama itu, jenazah disebut “orang sakit” bukan “orang yang sudah meninggal”.

Proses rambu solo’ ini dilakukan berdasarkan kasta. Sama seperti umat Hindu di Bali, warga Toraja juga mengenal tana’ (kasta) dalam eksistensi.

Baca juga: Indonesia Juga Punya Stonehenge di Bori Kalimbuang, Toraja Utara

Pertama adalah tana’ bulaan yang merupakan kasta bangsawan. Kedua adalah tana’ bassi yaitu bangsawan menengah. Ketiga adalah tana’ karurung yang mayoritas berprofesi sebagai tukang. Sementara kasta terakhir, tana’ kua-kua, adalah golongan pekerja.

Di Toraja Utara tepatnya Kelurahan Bori, Kecamatan Sesean, terdapat sebuah kompleks pemakaman para bangsawan yang ditelaah sudah ada sejak jutaan tahun silam. Jangan bayangkan pemakaman mewah. Bori’ Kalimbuang, begitu namanya, lebih tepat disebut sebagai Stonehenge-nya Toraja.

Batu-batu menhir

Deretan batu menhir dengan berbagai ukuran akan menyapa wisatawan begitu memasuki Bori’ Kalimbuang. Pak Yatim, pemandu KompasTravel dan rombongan OPPO Discovery Trip hari itu, mengatakan tiap menhir melambangkan satu orang.

“Menhir ini tidak ditemukan begitu saja, tapi merupakan potongan batu dari bukit di belakang sana. Batu dipotong, dibawa ke sini, ditanam,” tutur Pak Yatim, Jumat (5/4/2019).

Bori’ Kalimbuang pada dasarnya merupakan sebuah rante, atau tempat pelaksanaan upacara adat pemakaman tingkat tiinggi bagi orang Toraja. Saat ini ada 102 buah menhir yang menjadi penanda dari setiap upacara pemakaman.

Bori? Kalimbuang pada dasarnya merupakan sebuah rante, atau tempat pelaksanaan upacara adat pemakaman tingkat tinggi bagi orang Toraja. KOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Bori? Kalimbuang pada dasarnya merupakan sebuah rante, atau tempat pelaksanaan upacara adat pemakaman tingkat tinggi bagi orang Toraja.

Menhir tersebut hanya dapat dipasang apabila ada seorang pemuka masyarakat yang meninggal dan diupacarakan secara adat. Dengan syarat, kerbau yang dipotong minimal adalah 24 ekor (tingkat rapasan sapurandanan).

“Kerbau memang merupakan hewan yang paling penting keberadaannya bagi warga Toraja. Tak heran kerbau dijual dengan sangat mahal. Ada yang ratusan juta, bahkan Rp 1 miliar per ekornya,” tutur Pak Yatim.

Sejak 1617

Tempat ini mulai digunakan untuk upacara pemakaman pada tahun 1617, dan masih berfungsi dengan baik sampai saat ini. Dalam kompleks yang sama, selain rante, juga terdapat beberapa kuburan pahat atau liang paa’.

Kuburan yang disinyalir sudah ada jutaan tahun silam.KOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Kuburan yang disinyalir sudah ada jutaan tahun silam.

Namun di tempat tersebut, warga Toraja menemukan kuburan yang usianya jauh lebih tua. Kuburan tersebut berupa lubang yang dikeruk pada batu andesit ukuran besar, berisi potongan tengkorak manusia. 

“Disinyalir yang ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu. Nenek moyangnya orang Toraja. Ditaruh begini saja karena dulu kan belum ada baju, belum ada pernak-pernik,” kisah Pak Yatim.

Kuburan bayi

Sedikit berjalan ke arah belakang, Pak Yatim menunjukkan kepada kami sebuah kuburan bayi. Kuburan tersebut bukanlah batu besar layaknya kuburan jenazah pada umumnya, melainkan sebuah pohon besar. 

“Bayi yang usianya nol sampai tiga hari dulu dimakamkan di sini. Lewat dari tiga hari sudah dimakamkan di batu seperti biasa, karena dianggap sudah ada dosa,” jelas Pak Yatim.

Kuburan bayi di Bori KalimbuangKOMPAS.COM/SRI ANINDIATI NURSASTRI Kuburan bayi di Bori Kalimbuang

Pria itu kemudian menunjuk pada beberapa bongkah ijuk yang menempel secara acak di batang pohon raksasa tersebut. Di situlah bayi disemayamkan.

“Anggapannya, arwah bayi kemudian tumbuh besar bersama pohon ini,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com