Keenam, membuat alat yang namanya Lain Kapa. Alat ini untuk menggulung benang (polen).
Ketujuh, membuat alat Plapa. Alat ini untuk membuat motif. Kapas yang sudah digulung lalu membentuk motif dengan ragam hias.
Kedelapan, Nilan. Ini sudah masuk proses membuat warna dasar dari benang. Mereka mewarnai benang dengan bahan-bahan alami seperti daun dan akar mengkudu (warna merah), daun tarum (warna biru), kunyit (warna kuning), dan kulit mangga (warna hijau).
Kesembilan, membuat alat yang namanya unu tanah (periuk tanah). Alat ini berfungsi untuk mencelupkan benang untuk diberi warna sesuai dengam bahan yang sudah dipadukan.
Kesepuluh, membuat alat yang namanya Teteng Kapa. Alat ini berfungsi untuk melembekkan benang. Sehingga pada saat tenun benangnya tidak putus, kendur, dan rusak.
Kesebelas, membuat alat-alat tenun. Pada alat tenun ini terdiri dari Goan Lorun, alat untuk merapikan tenun. Pine, alat untuk menopang bagian belakang penenun. Ai Bakat, alat penahan bagian depan penenun. Tuan, alat penahan kaki penenun. Pati, alat merapikan benang. Kemudian alat Luncing tenun yaitu Ekur, Bolen, Hawen, Lalan, dan Sipe.
Tadeus menjelaskan, setelah semua alat yang itu buat, barulah ketiga perempuan di Mapitara itu melakukan proses tenun untuk menghasillan selembar kain tenun.
Menenun Identitas Perempuan di Sikka
Tadeus menambahkan, menenun bukan saja sebagai pekerjaan tradisional dan ekonomi bagi kaum perempuan. Tetapi lebih dari itu, menenun itu menunjukkan identitas perempuan di Sikka, Flores. Mengapa? Karena menenun itu pekerjaan yang hanya dilakukan perempuan di Sikka.
Selain itu, menenun juga sebagai tanda kedewasaan seorang perempuan di Sikka untuk memasuki masa perkawinan.
Menurut Tadeus, aktivitas menenun adalah sarana bagi kaum perempuan di Sikka untuk menuangkan kreativitasnya melalui kain tenun.
Sebagai penjual kain tenun di Sikka, Tadeus berharap agar kain tenun sikka terus dilestarikan. Sehingga tidak punah digerus zaman.
"Warisan besar dan berharga dari nenek moyang kita perlu dihargai dengan cara merawat dan melestarikannnya. Saya mengajak kaum perempuan di Sikka agar terus mencintai pekerjaan menenun. Sekarang, kain tenun Sikka sudah menembus pasar nasional bahkan dunia," tutur Tadeus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.