Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Selir Raja yang Menjadi Buaya Putih di Pengging, Boyolali

Kompas.com - 16/04/2019, 10:03 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

BOYOLALI, KOMPAs.com Pengging saat ini menjadi salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Terdapat banyak pemandian alami atau umbul di kawasan Pengging dengan mata airnya yang melimpah.

Beberapa umbul bisa menjadi tujuan wisata yang pas untuk menikmati kesegaran mata air. Khususnya di siang hari yang panas, berkunjung ke pemandian alami merupakan keputusan yang pas.

Baca juga: Mandi Bak Raja di Umbul Ngabean, Boyolali

Namun di kawasan Pengging, wisatawan tidak hanya bisa mandi di umbul saja. Ada pula spot pemancingan yang cocok bagi mereka penggemar aktivitas memancing. Spot memancing salah satunya ada di Pemancingan Win-win.

Pemancingan ini masih satu kompleks dengan wisata Umbul Pengging, tepatnya di sebelah selatan Umbul Ngabean. Selain merupakan pemancingan, tempat ini juga cocok bagi mereka yang ingin bersantap atau mengadakan acara seperti reuni.

Kolam Buaya Putih

Namun ada satu hal yang mungkin tidak diketahui oleh kebanyakan wisatawan Umbul Pengging saat ini. Ternyata dulunya Pemancingan Win-win merupakan sebuah kubangan besar yang dihuni oleh seekor buaya putih.

Kisah ini diceritakan oleh seorang sesepuh setempat, Pak Wagimin saat ditemui Kompas.com di Umbul Pengging, Sabtu (13/4/2019). Pak Wagimin menuturkan jika buaya putih dulunya merupakan milik Keraton Surakarta.

Baca juga: Umbul Pengging, Pemandian Bernuansa Kerajaan di Boyolali

Buaya putih ini dikisahkan ada pada masa pemerintahan Pakubuwana X. Saat ini buaya putih sudah tidak ada lagi karena sudah mati. Kini kolam buaya menjadi obyek wisata Pemancingan Win-win.

Namun, buaya putih ternyata bukan sekadar satwa unik belaka. Pak Wagimin menceritakan jika sebelumnya buaya putih yang pernah ada merupakan selir yang dikutuk oleh Sinuhun Pakubuwana X.

Selir Raja yang Dikutuk

“Buaya putih itu dulunya merupakan juru beksa (penari) di Keraton Surakarta. Ia berasal dari daerah Ngadirojo, Wonogiri. Karena kecantikannya, Sinuhun jatuh hati padanya dan ia dijadikan istri selir,” ujar Pak Wagimin dalam bahasa Jawa krama.

Namun setelah menjadi selir Sang Raja, penari cantik itu ternyata tidak setia. Ia berbuat selingkuh dan akhirnya Sinuhun mengetahui perselingkuhannya.

Baca juga: Legenda Tragis Umbul Duda, Mata Air Cantik di Boyolali

“Kemudian Sinuhun berkata pada selirnya itu, 'Wajahmu cantik, tetapi kelakuanmu seperti buaya’. Setelah itu, selir raja itu berubah menjadi buaya putih dan ditempatkan di sebuah lubang kubangan yang lokasinya ada di selatan Umbul Ngabean,” lanjut Pak Wagimin.

Saat Sinuhun berkunjung ke Pengging untuk menikmati pemandian alami di Umbul Ngabean, Sang Raja juga membawa makanan untuk buaya putih. Makanan untuk buaya bisa berupa seekor ayam.

Makam Nyai Mendres di samping rumah pendudukKompas.com/Anggara Wikan Prasetya Makam Nyai Mendres di samping rumah penduduk
Dikisahkan pula saat masih berwujud manusia dan menjadi penari di keraton, selir raja itu bernama Mandrasari. Setelah berubah menjadi buaya putih ia memiliki nama baru yakni Nyai Mendres.

Setelah buaya putih bernama Nyai Mendres mati, ia kemudian dimakamkan di sebelah selatan Umbul Pengging. Kawasan yang dulunya pernah menjadi kompleks permakaman China itu sekarang menjadi permukiman penduduk.

Tidak ada plang penunjuk jalan atau tulisan mengenai makam Nyai Mendres. Makam itu nyaris tidak dikenali lagi. Namun warga setempat masih mengetahui lokasi makam. Mereka yang akan berkunjung bisa bertanya kepada warga setempat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com