Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Sawah Jaring Laba-laba di Lembah Ranggu-Kolang Flores Barat (4)

Kompas.com - 16/04/2019, 12:15 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KOLANG, KOMPAS.com — Tiga destinasi sawah jaring laba-laba yang masih tersembunyi di Lembah Ranggu-Kolang di Flores Barat, Nusa Tenggara Timur belum terkenal seperti sawah jaring laba-laba di perkampungan Cara, Kecamatan Ruteng di Kabupaten Manggarai dan di pinggir jalan di Transflores Labuan Bajo-Ruteng, tepat di persawahan Lembor, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat.

Persawahan jaring laba-laba di perkampung Cara dan Lembor menjadi destinasi unggulan di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat yang akses jalannya berada di Jalan Transflores Ruteng-Labuan Bajo dan sebaliknya yang selalu dikunjungi wisatawan mancanegara maupun Nusantara.

Baca juga: Jatiluwih di Bali yang Dikunjungi Obama Bukan Sawah Biasa

Di balik destinasi yang sangat terkenal sampai di seluruh Eropa dan Asia ini masih ada kawasan lain di bagian utara Kabupaten Manggarai Barat yang memiliki kearifan lokal yang sama dalam sistem pembagian lahan persawahan maupun lahan kering di kawasan Lembah Ranggu-Kolang.

Nenek moyang orang Kolang menyebutnya “Uma Lingko” atau sawah lingko yang didalamnya ada sistem lodok. Sawah lingko merupakan sawah komunal dari sistem pembagiannya dengan sistem lodok yang dimiliki oleh masing-masing orang di kampung adat tersebut.

Baca juga: Mempromosikan Persawahan Lingko Lodok Manggarai di Flores

Inilah tiga sawah jaring laba-laba atau sawah lodok di Lembah Ranggu-Kolang untuk menanam padi. Sementara ada juga lodok dalam lahan kering yang sudah tak terlihat karena tanaman holtikultura, seperti cengkeh, kopi, kakao, jeruk dan berbagai tanamannya.

Persawahan Lingko Marang berbentuk jaring laba-laba di kampung Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat, Flores, NTT, Minggu (31/3/2019). Ini salah satu destinasi wisata alam di Lembah Ranggu-Kolang Flores Barat.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Persawahan Lingko Marang berbentuk jaring laba-laba di kampung Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat, Flores, NTT, Minggu (31/3/2019). Ini salah satu destinasi wisata alam di Lembah Ranggu-Kolang Flores Barat.

1. Lingko Marang

Persawahan Lingko Marang ini berada tak jauh dari Kampung Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat. Di dalam Lingko Marang itu ada 13 Moho atau Lodok dengan luas diperkirakan 15 hektar.

Ketua RT 04/RW 03 di Kampung Tado, Bernabas Maja kepada Kompas.com di Kampung Tado, Minggu (31/3/2019) menjelaskan, persawahan Lingko Marang merupakan persawahan contoh pertama di kawasan Kolang yang dirintis oleh Guru SDK Ranggu II, Almarhum Damasus Agar, asal Kampung Ndighes di Kabupaten Manggarai Timur.

Baca juga: Sensasi Menikmati Makanan di Restoran Tengah Sawah

Maja menjelaskan, guru Damasus merupakan guru Agama Katolik pertama di SDK Ranggu II sekaligus Kepala Guru Agama Katolik di wilayah Kolang. Saat itu Pastor di Paroki Ranggu adalah Pater Mensen, SVD asal Negeri Belanda.

“Saat patroli di kampung-kampung di seluruh wilayah Kolang, Guru Damasus melihat salah satu lokasi di Kampung Tado yang sangat cocok untuk dibuka lahan persawahan. Jadi persawahan Lingko Marang merupakan persawahan contoh pertama di wilayah Kolang,” jelasnya.

Baca juga: Melirik Cantiknya Kain Tenun Tana Ai di Sikka Flores

Maja mengisahkan, Guru Agama Katolik, Damasus memanggil ayahnya, almarhum Petrus Jongo yang sedang mengerjakan Pastoran Ranggu bersama dengan Pater Niko Bot, SVD.

Persawahan Lingko Marang berbentuk jaring Laba-Laba di Kampung Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat, Flores, NTT, Minggu, (31/3/2019). Ini merupakan salah satu destinasi wisata alam di Lembah Ranggu-Kolang Flores Barat.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Persawahan Lingko Marang berbentuk jaring Laba-Laba di Kampung Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat, Flores, NTT, Minggu, (31/3/2019). Ini merupakan salah satu destinasi wisata alam di Lembah Ranggu-Kolang Flores Barat.
"Ayah saya Almarlum Petrus Jongo, guru agama kampung sekaligus tukang ditawarkan oleh guru Damasus itu untuk membuat persawahan contoh dengan melibatkan Pang Olo Ngaung Muhi (seluruh warga Kampung Tado)," sambung Maja.

Namun, lanjut Maja, orang Kolang tak terbiasa dengan areal persawahan untuk menanam padi dan berbagai jenis tanaman lainnya. Orang Kolang saat itu mengolah lahan kering untuk menanam woja, mahak, latung, wue, hela dan lain sebagainya (padi, sorgum, jagung, kacang panjang dan jewawut).

“Saat itu orangtua saya diam-diam membuka lahan persawahan tersebut bersama dengan Pak Damasus. Pertama-tama mereka membuka lahan persawahan dengan irigasi yang sederhana. Saat itu seluruh Guru Agama di kawasan Kolang ikut mengerjakan lahan persawahan tersebut,” tuturnya.

Maja menjelaskan, melihat hasil padi dari persawahan itu maka seluruh warga di Kampung Tado ikut membuka lahan baru di Lingko Marang tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com