“Kami sangat berterima kasih kepada Guru Agama Katolik pertama di wilayah Kolang, Damasus Agar yang sudah berjasa membuka lahan persawahan dan juga sebagai guru Agama Katolik di Paroki Ranggu,” ucapnya.
Secara terpisah Thomas Ton, mantan Dusun di Kampung Tado kepada Kompas.com menjelaskan, orang Kolang sangat menyatu dengan alam dan rumah adat. Ada kalimat orang Kolang “gendang one lingkon peang" yang artinya: rumah adat di dalam kampung dan ada sawah komunal di luar kampung.
Jadi di persawahan Lingko Marang ada beberapa tahap ritual adat yang selalu dilaksanakan warga yang memiliki lahan tersebut. Ritual itu diantarnya, Ritual Wuh, tradisi ini untuk menandakan Wau wini, tanah benih padi. Kedua, Ritual Nang Banta, tradisi ini untuk menghormati padi yang sudah bunting. Saat ritual ini dilaksanakan semua orang yang mengikutinya pada hening.
Ketiga, Ndereh. Ritual adat ini dilaksanakan oleh pemilik lahan ketika padi siap dipanen. Bulir padi sudah siap dipanen. Keempat, Ritual Tabar. Ritual ini dilaksanakan di sudut lahan persawahan untuk menghormati alam serta memohon restu dari leluhur agar selama proses memanen padi tidak diganggu oleh berbagai jenis gangguan.
Saat itu tua adat yang diberikan kepercayaan mengungkapkan syair Kolang "Ngerlau Ngontah Ngerse Mbeghok, Ako Neka Lako Lalap Neka Lampa” yang artinya buang jauh-jauh hal-hal yang tidak menguntungkan, dan bawa kesini keberhasilan dari panen padi, saat mengetam, padi tidak berpindah-pindah dan sejalan dengan langkah kaki saat mengetam.
Semua ritual adat itu dilambangkan dengan seekor ayam sebagai perantara permohonan antara manusia dengan Pencipta alam semesta, padi dan leluhur.
Selain mewartakan Sabda Kegembiraan dan keselamatan bagi orang Kolang, juga membuka lahan persawahan, yang kini dikenal luas di seluruh kawasan Ranggu-Kolang.
Areal persawahan ini berada di belakang gedung Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Ranggu. Minggu (31/3/2019), areal Lingko Lamah terlihat indah dengan warna padi hijau.
Untuk melihat keunikan sawah jaring laba-laba itu harus dilihat dari sisi timurnya sementara dari sisi baratnya atau dari belakang gedung gereja itu tak kelihatan keunikan lodok Lamah tersebut.
Sore itu Kompas.com didampingi oleh Klaudis Aviliano Gagar, Pastor Wilfidus Babun, SVD dan Yuvensius Aquino Kurniawan menjelajahi jalan raya di sekitar areal persawahan tersebut.
Areal persawahan jaring laba-laba itu berada di lereng bukit di sekitar perkampungan Ker, Kelurahan Goloru. Selain areal persawahan jaring laba-laba, ada juga rumah gendang Ker yang beratap ijuk.
Bagi para pelancong yang suka menjelajahi berbagai pelosok di wilayah bagian utara Kabupaten Manggarai Barat, Kompas.com menyarankan dan menganjurkan untuk memulai merencanakan perjalanan wisata ke kawasan Lembah Ranggu-Kolang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.