Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Soeparlan, Pemilik Kebun Kurma di Magetan

Kompas.com - 18/04/2019, 13:15 WIB
Sukoco,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi


MAGETAN , KOMPAS.com - Banyak pohon kurma yang telah dibudidayakan di Indonesia meskipun habitat asli pohon tersebut berasal dari Arab. Salah satu pembudidaya pohon kurma di Indonesia adalah Soeparlan (67), waga Desa Truneng, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Di lahan seluas 1,2 hektar miliknya, lulusan sekolah pertanian Yogyakarta tahun 1970 tersebut menanaminya dengan pohon kurma sebanyak 270 pohon.

“Tertariknya dari Youtube, di mana petani di Thailand itu bisa menghasilkan 1,4 miliar dari lahan 1 hektar setelah pohon kurma sebanyak 150 pohon berusia 5 hingga 6 tahun,” ujarnya ditemui di kebunnya Senin (15/4/2019).

Baca juga: Ini Cara Membedakan Kurma yang Manis Asli dengan Manis Buatan

Soeparlan mulai menanami kebunnya dengan kurma pada akhir tahun 2015, dengan bibit awal sebanyak 60 batang yang didatangkan dari laboratorium pengembangan kurma di Inggris.

Pilihan Soeparlan membeli bibit di Inggris dibandingkan Arab Saudi karena pertimbangan waktu. “Kalau dari Arab butuh waktu 3 bulan baru sampai, kalau dari Inggris hanya 2 bulan sudah sampai,” katanya.

Baca juga: Cerita soal Kurma, dari Oleh-oleh Haji sampai Suguhan Raja...

Selain menanam bibit yang dibeli dari Inggris dengan sistem pengembangan kultur jaringan, Soeparlan juga menanam pohon kurma hasil dari pembibitan yang dilakukan sendiri dengan cara menyemai.

Dari sejumlah teknik yang dikembangkan, Soeparlan memberikan perlakuan khusus kepada beberapa bibit kurma yang dikembangkan dengan cara memotong sepertiga dari calon bibit yang mulai tumbuh.

Bunga Matahari, Green Garden dan Lokasi Swafoto

Ketika melakukan perjalanan bersama keluarga ke Yogyakarta pada tahun 2016, Soeparlan tertarik dengan sebuah pemandangan kebun bunga matahari yang dijadikan lokasi berswafoto.

Meski lokasinya kecil, namun masyarakat harus antre untuk sekedar berswafoto. Bahkan mobil warga harus antre agar bisa mendapat giliran berfoto. "Pulang dari Yogya, separuh lahan ini dulunya kita tanami bunga matahari di sela-sela pohon kurma," katanya.

Dalam perkembangannya, bukan hanya bunga matahari yang dikembangkan Soeparlan di kebunnya, tetapi puluhan jenis tanaman buah dan puluhan jenis tanaman bunga turut dibudidayakan di kebunnya tersebut.

Untuk melengkapi kebunnya, Soeparlan membangun fasilitas seperti mushala, kolam renang anak anak, permainan outbond serta pemancingan untuk anak-anak serta 2 buah gardu pandang setinggi 10 meter. Pada akhir tahun 2017, Soeparlan membuka kebun kurmanya untuk umum.

Bibit kurma yang dibeli dari Inggris pada awal tahun 2019 terlihat mulai berbunga. Hal tersebut cukup mengejutkan, mengingat pohon kurma biasanya mulai berbuah pada usia 4 hingga 5 tahun. Namun 2 pohon kurma milik Soeparlan berbuah pada umur 2 tahun.

Sejumlah praktisi kurma dari Jawa Barat dan Kalimantan Selatan bahkan sampai melakukan penelitian terkait kurma yang telah berbuah di usia 2 tahun tersebut.

"Ada pengusaha kebun kurma dari Arab Saudi juga mau ke sini karena tidak percaya kurma di sini bisa berbuah di usia segitu. Mau lihat langsung," ujarnya.

Soeparlan sendiri belum bisa memastikan apa yang menyebabkan kurma yang ditanamnya berbuah di usia 2 tahun. Totalnya ada sekitar 8 pohon kurma yang ditanam di lahannya yang berbuah di usia 2 tahun, bahkan beberapa diantaranya belum mencapai usia 2 tahun.

Dia baru bisa menduga jika kondisi tanah di kaki Gunung Lawu merupakan salah satu penyebab kurmanya berbuah lebih awal. Faktor lainnya diantaranya pemupukan yang dilakukan sebelum musim hujan dan pasca musim hujan serta perlakuan pemotongan sepertiga bagian biji saat disemai disinyalir menjadi penyebab cepatnya kurma berbuah.

"Kami belum tahu pasti, tapi kemungkinan karena Magetan ini lokasinya yang bagus untuk bertanam kurma. Kita masih membuat percobaan," katanya.

Sayangnya buah kurma yang sudah mulai memasuki tahap masak tersebut mulai rontok karena faktor intensitas hujan yang tinggi. Untuk mencegah pembusukan, Soeparlan akhirnya memutuskan memanen buah kurmanya meskipun belum masak sempurna.

“Rasanya sudah manis tapi tahapannya baru mengkal. Orang Arab nggak jadi ke sini karena belum matang sempurna, belum sampai warna coklat,” katanya.

Soeparlan mengaku akan mengembangkan kebun pembibitan kurma yang berbuah lebih cepat di lahan kebunnya. Berkaca pada Thailand yang sukses mengembangkan kebun kurma, dia juga berharap Indonesia akan mengikuti jejak Thailand.

"Dengan tersedianya bibit yang bagus saya yakin Indonesia akan menjadi negara pengekspor kurma ke Arab, karena peluang pasarnya cukup besar,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com