Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bercucuran Keringat demi Memanjat Tebing Gunung Bongkok Purwakarta

Kompas.com - 22/04/2019, 18:10 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

PURWAKARTA, KOMPAS.com – “Belay on,” kata Rifqi Noor Afwan (20), anggota Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) sambil mulai meraba-meraba dinding tebing. Di awal pemanjatan, Rifqi terlihat susah payah untuk merayap di tebing batu andesit.

Rifqi berulang kali terpeleset. Kakinya tampak mencari pijakan-pijakan di dinding tebing yang boleh dibilang hampir mulus tanpa cacat. Ia terlihat fokus, tak bersuara, dan mengerahkan segenap tenaga agar bisa menambah ketinggian.

Akhir pekan lalu, KompasTravel bersama rekan-rekan Mapala UI melakukan perjalanan panjat tebing di Tebing Bongkok, Purwakarta, Jawa Barat. Di sana, ada banyak jalur pemanjatan untuk jenis sport climbing, bouldering, maupun artificial climbing.

Anggota organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) mengamankan pemanjat dengan teknik belaying saat memanjat tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Gunung Bongkok merupakan salah satu titik wisata panjat tebing di Jawa Barat.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Anggota organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) mengamankan pemanjat dengan teknik belaying saat memanjat tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Gunung Bongkok merupakan salah satu titik wisata panjat tebing di Jawa Barat.
Saat itu, Rifqi sedang melakukan pemanjatan di Jalur Welcome. Pemanjat di Jalur Welcome hanya bisa menambah ketinggian melalui patahan di dinding tebing.

“Susah banget. Licin jalurnya,” ujar Rifqi.

Hampir 15 menit Rifqi menggantung di seutas tali. Keringat mulai mengucur dan membasahi tubuh Rifqi.

Tangannya terus berusaha meraih pegangan yang sempurna. Sesekali, ia membaluri tangannya dengan bubuk magnesium agar tetap kering dari keringat.

Anggota organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) menggunakan bubuk magnesium sebelum melakukan panjat tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Bubuk magnesium berguna untuk mencegah tangan basah karena keringat.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Anggota organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) menggunakan bubuk magnesium sebelum melakukan panjat tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Bubuk magnesium berguna untuk mencegah tangan basah karena keringat.
Jenis pemanjatan yang dilakukan Rifqi termasuk top rope climbing. Pemanjat bisa langsung memanjat lantaran tali pengaman sudah terpasang.

Di dekat Jalur Welcome, juga terdapat jalur pemanjatan bouldering. Panjang jalurnya tak lebih dari empat meter. Di jalur bouldering, pemanjat bisa memanfaatkan cacat tebing yang berbentuk tebing.

Rifqi juga tertantang untuk mencoba jalur bouldering. Meski tak berhasil pada kesempatan pertama, ia terus memanjat sampai akhirnya berhasil.

Pemandangan dari saat memanjat tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Gunung Bongkok merupakan salah satu titik wisata panjat tebing di Jawa Barat.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pemandangan dari saat memanjat tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Gunung Bongkok merupakan salah satu titik wisata panjat tebing di Jawa Barat.
Anggota Mapala UI lainnya, Agung Sutiastoro (48) juga mencoba jalur pemanjatan di Gunung Bongkok. Salah satu yang dicoba adalah jalur Sons of Bongkok (SoB) di sisi tebing lainnya.

Berbeda dengan jalur Welcome, jalur SoB tergolong cukup ekstrem meski jalur pemanjatannya tak panjang. Titik awal pemanjatannya langsung berbatasan dengan jurang.

Agung terlihat lincah merayapi tebing. Ia melakukan pemanjatan jenis lead climbing. Cacat tebing di jalur SoB yang digunakan Agung seperti cekungan dan rekahan. Total jarak pemanjatan berkisar 5-7 meter.

“Ini pertama kali manjat di Gunung Bongkok. Jenis batuannya sih sama seperti di Gunung Parang. Menurut gw, Gunung Bongkok oke ya buat sport climbing,” ucap Agung seusai mencoba jalur SoB.

Anggota organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) sedang memanjat di jalur Sons of Bongkok tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Gunung Bongkok merupakan salah satu titik wisata panjat tebing di Jawa Barat.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Anggota organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) sedang memanjat di jalur Sons of Bongkok tebing Gunung Bongkok, Desa Sukamulya, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Minggu (14/4/2019). Gunung Bongkok merupakan salah satu titik wisata panjat tebing di Jawa Barat.
Ia juga mencoba beberapa jalur pemanjatan bouldering dan lead climbing di Gunung Bongkok. Agung mengatakan, jalur-jalur sport climbing di Gunung Bongkok cocok untuk dicoba pegiat panjat tebing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com