"Bagi kami pengolahan kopi itu turut mempengaruhi cita rasa kopi. Kopi yang digoreng secara tradisional akan memiliki cita rasa yang unik. Aroma dan rasanya terasa nikmat dan sedap," tuturnya sambil melayani pembeli Kopi Leworok di stannya itu.
Ia sudah memasarkan Kopi Leworok ke kota Malang, Jakarta bahkan sudah ada pembeli dari Hongkong.
Saat ini, Yoland memasarkan Kopi Leworok dalam kemasan 145 gram dengan harga Rp 20.000 dan 130 gram dengan harga Rp 15.000.
"Tahun 2019 ini berusaha agar Kopi Leworok mendapat izin dari BPOM bisa keluar. Sehingga pemasaran Kopi Leworok bisa lebih meluas ke seluruh belahan dunia," katanya.
Jejak Filosogis dari Kopi Leworok
Yoland mengungkapkan, kopi sebenarnya bukan sebatas soal rasa. Menurutnya, setiap tegukan kopi itu memiliki jejak filosofis.
"Kopi itu juga cerita tentang perjuangan hidup dan mati. Lebih dari itu, bahwa dalam setiap tegukan kopi itu menyadarkan saya akan perjuangan yang tak kenal lelah dari para petani terutama sang ayah yang bertahan hidup dengan bertani kopi. Bagi saya, itu makna penting dari kopi," ungkapnya dengan wajah serius.
Baginya, menjadi petani kopi tidaklah mudah. Bahkan lebih pahit dari rasa kopi itu sendiri. Para petani sudah merawat dengan penuh peluh keringat, belum tentu harga kopi berpihak pada mereka. Kadang naik, kadang turun. Petani terpaksa mengikuti harga pasar yang tidak bisa dikendalikan orang kecil.
"Ayah saya petani kopi. Setiap kali saya meneguk kopi, selalu teringat perjuangan orang tua dulu. Mereka harus berjuang memikul kopi melewati Sungai Konga yang berarus deras di musim hujan. Dari Hokeng mereka pulang membawa anakan kopi Robusta untuk ditanam di Leworok. Bagi saya, kopi adalah riwayat perjuangan hidup dan mati," sambungnya.
Sementara itu, Kepala Desa Leraboleng, Polus Makin mengapresiasi langkah tokoh muda Yosep Lawe Oyan yang sudah mengangkat martabat Kampung Leworok dengan merintis usaha kopi dengan nama Kopi Leworok.
Menurut Polus, apa yang dilakukan Yoland adalah upaya nyata untuk memajukan kehidupan petani kopi di desanya yang sudah lama terbelenggu dengan sistem ijon dari para tengkulak.
Tidak hanya itu, ia juga mengaku dengan nama kopi Leworok itu, nama kampung yang ada di desanya sudah semakin terkenal.
"Saya tidak pernah menduga kalau Kopi Leworok begitu diminati masyarakat Flores Timur dan beberapa kota di Pulau Jawa. Saya sangat berharap Kopi Leworok semakin dikenal banyak orang dan yang pasti makin dicintai para penikmat kopi di mana pun berada," ungkap Polus dengan bangga.