Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah di Balik Angkernya Danau Koliheret di Sikka Flores

Kompas.com - 27/04/2019, 14:15 WIB
Nansianus Taris,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Panoramanya indah, udaranya sejuk karena dikelilingi pepohonan besar nan rindang. Itulah Danau Koliheret yang berada di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Di balik panorama yang indah itu, Danau Koliheret juga diceritakan sangat angker. Karena dianggap angker, masyarakat dan pemerintah tidak berani mengembangkan danau mungil ini menjadi untuk menjadi tempat wisata.

Kompas.com berusaha mewawancari salah satu tokoh sesepuh Desa Watu Diran yang bernama Petrus Hugo Pulung. Petrus ini juga adalah pemilik lahan Danau Koliheret.

Petrus menceritakan kisah yang membuat Danau Koliheret angker.

Baca juga: Tersembunyi di Tengah Hutan, Ini Danau Koliheret di Sikka Flores

Ia menceritakan, dahulu sekitar ratusan tahun silam, nenek moyang orang Watu Diran membuka kebun di sebuah daerah yang bernama Duking. Lumbungnya berada di Wua Bahang Bale Kloang.

Danau Koliheret di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur.KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS Danau Koliheret di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Di Duking ini, ada 2 orang yakni saudara dan saudari sekandung hidup dan menjaga lumbung tersebut.

Baca juga: 5 Lokasi Terbaik untuk Memandang Indahnya Danau Rawa Pening

Saat menjaga lumbung, keduanya hidup ibarat suami isteri. Meski menurut adat hal itu dilarang. Usai memanen, keduanya kembali ke Kampung Koliheret.

Petrus menuturkan, dulu nenek moyang mereka biasanya melakukan tradisi syukuran usai panen di Kampung Koliheret. Tradisi itu pun tetap ada sampai sekarang. Tradisi itu namanya "Togo Pare".

Baca juga: Sejarah Logu Senhor, Tradisi Portugis yang Bersemayam di Sikka Flores

Di dalam kampung inilah keduanya bersuka ria. Keduanya mengikuti tarian Tandak bersama masyarakat Kampung Koliheret.

Pesona danau mungil Koliheret di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Minggu (21/4/2019).KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS Pesona danau mungil Koliheret di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Minggu (21/4/2019).
"Saat asyik menari, malam itu terjadilah hujan lebat dan kabut menyelimuti kampung. Air hujan pelan-pelan memenuhi kampung yang di dalamnya ada 50 rumah. Akhirnya kampung ini pun tenggelam. Keduanya menyembunyikan hal haram sehingga terjadilah bencana alam yang menimpa mereka dan warga kampung lainnya. Alam dan leluhur rupanya marah atas perilaku menyimpang keduanya. Dari situ, Kampung Koliheret berubah menjadi danau," tutur Petrus.

Dia melanjutkan, pada saat pesta adat ada orang yang tidak ikut menari bersama sehingga luput dari bencana. Keturunan mereka hingga saat ini masih ada di sebuah kampung yang namanya Ilianit.

"Waktu itu, ada seorang perempuan tua yang selamat dan membawa ayam. Tetapi karena dia menoleh ke belakang, dia berubah jadi batu yang saat ini ada di dekat danau," sambung Petrus.

Petrus menceritakan, pada waktu-waktu tertentu di permukaan danau ada muncul tiang-tiang rumah warga yang ikut tenggelam saat bencana menimpa Kampung Koliheret. Selain itu, ada juga pohon Koli yang sewaktu-waktu muncul ke permukaan danau.

Ia juga menceritakan, ayam milik warga yang tenggelam masih hidup hingga saat ini di tengah danau. Nama ayam-ayam tersebut ayam Rano yang sewaktu-waktu muncul ke permukaan danau. Terkadang ayam tersebut muncul apabila dipanggil warga dengan memukul kayu dan bertepuk tangan.

Danau Koliheret yang berada di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (21/4/2019).KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS Danau Koliheret yang berada di Desa Watudiran, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (21/4/2019).
"Itulah sepenggal sejarah yang membuat Danau Koliheret sampai dianggap angker oleh masyarakat setempat," ungkapnya.

Petrus menambahkan, saat ini Danau Koiheret sudah tidak angker lagi. Masyarakat dan siapa pun bisa masuk untuk menyaksikan keindahan danau di tengah hutan itu.

"Kami sudah buat adat. Danau ini sudah tidak angker lagi. Pemerintah bisa mengembangkan ini jadi tempat wisata supaya bisa meningkatkan ekonomi masyarakat desa," kata Petrus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com