Keahlian berbudidaya jamur didapat dari suaminya yang dulunya merupakan pekerja di salah satu pengembang budi daya jamur. "Belajarnya dari suami, dari membuat media sampai jamurnya panen," ucapnya.
Dengan 3000-an log yang dimilikinya, Sumarni mengau mampu menghasilkan jamur 10 hingga 20 kilogram setiap hari.
Dengan harga jamur tiram di tingkat pengepul Rp 10.000, Sumarni mengaku mampu mengantongi uang hasi penjualan hingga hingga Rp 5 juta per bulan. "Kemarin harga masih Rp 7.000 sekarang sudah Rp 10.000. Lumayan hasilnya daripada kerja kepada orang lain,” ujarnya.
Sumarni menjelaskan, kesulitan utma pembuatan media bertanam jamur tiram adalah menentukan serbuk kayu sebagai materi media, karena jika serbuk kayu yang digunakan berasal dari kayu jati dan kayu pohon pinus kebanyakan jamurnya tidak akan bisa tumbuh.
"Sulitnya itu kadang bekatulnya mahal. Kalau bahan media serbuk gergaji sama tepung kapur ada tapi harus bisa bedain serbuknya. Jangan sampai serbuk kayu jati, nggak tumbuh," katanya.
Dengan modal awal Rp 8 juta Sumarni mampu membangun oven dari beton untuk mensterilkan media tanam jamur.
Sumarni saat ini mampu memproduksi lebih dari 1000 log per minggu untuk memenuhi permintaan dari warga sekitar. "Tidak semua warga punya pembakaran untuk media, kita melayani juga penjualan media log unuk warga lainnya," katanya.