Proses selanjutnya, gula kental tersebut terus diaduk dengan sombek. Tujuannya untuk mengurangi kadar air dalam gula.
"Proses mengaduk sampai mengayak ini gulanya harus dalam keadaan panas," kata Damianus.
Damianus menjelaskan, setelah diaduk hingga kering, minse yang sudah berubah wujud menjadi gula tersebut diayak hingga berwujud butiran gola rebok (gula semut) yang bisa dikonsumsi. Gula semut bisa dimakan langsung, dicampur kopi atau bahan tambahan membuat kue.
Staf Bappeda Kabupaten Manggarai Barat, Yuvensius Aquino Kurniawan mengungkapkan, dirinya bersama keluarga saat akhir pekan atau hari libur selalu mengunjungi Kampung Tado, yang juga kampung asal orangtua menikmati wisata “Lait Gola Kolang” di Sari. "Selain wisata Lait Golak Kolang kami sekeluarga minum wae minse (air nira)," katanya.
Kurniawan mengatakan dirinya sering memberikan motivasi kepada perajin gola semut atau rebok untuk mempertahankan tradisi Kokor Gola Kolang. Ini merupakan kekhasan warga Kolang bahkan kekhasaan ini sudah didemonstrasikan di Pantai Pede, Labuan Bajo, pada saat ajang Sail Komodo 2013. "Banyak pelancong serta tamu pemerintahan ikut merasakan,” katanya kepada Kompas.com, Minggu (31/3/2019).
Kurniawan menjelaskan, pasca Sail Komodo 2013, nama Kampung Tado mulai dilirik wisatawan untuk merasakan pengalaman Lait Gola.
Kurniawan menambahkan, penderes minse (nira) di Kampung Tado memanfaatkan minse menjadi olahan yang memiliki nilai lebih dari sekadar diminum langsung atau dibuat gula merah biasa.
“Hasil olahan penderes yang sudah menjadi gola rebok, biasanya dijual ke pasaran oleh pedagang di Kota Ruteng, Labuan Bajo dan Borong,” katanya.
Kurniawan mengungkapkan, perajin kokor gola di Kampung Tado dan bahkan Hamente Kolang kini makin langka, hanya tinggal beberapa orang saja yang masih setia menekuninya.
"Hal ini terjadi karena proses produksinya sangat ribet. Selain itu bahan bakar kayu sangat terbatas, tambahan pula pohon enau semakin langka. Ini terjadi karena tempat populasi tumbuhan ini banyak digunakan petani untuk di jadikan lahan pertanian," kata Kurniawan.
Dari hasil olahan kokor gola itu, Damianus bisa menyekolahkan anaknya sampai menjadi sarjana bahkan Damianus bisa membuat rumah permanen.
“Gola Rebok buatan Damianus cukup berkualitas dan bertahan lama. Karena bertahan lama, gula semut dari Tado ini sering dijadikan buah tangan oleh misionaris Katolik yang bertugas di luar negeri," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.