Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Masjid Biru, Bangunan Paling Ikonik di Istanbul Turki

Kompas.com - 07/05/2019, 03:03 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kota Istanbul di Negara Turki menyimpan banyak peninggalan sejarah yang masih terlihat megah hingga saat ini. Hal itu wajar karena dahulu berdiri kerajaan besar yang pernah berjaya di Turki.

Jika berkunjung ke Kota Istanbul, sebuah masjid megah dengan enam menara yang menjulang tinggi menjadi satu bangunan paling ikonik kota ini. Masjid ini hampir tak pernah luput dari jepretan lensa pengunjung yang datang ke Istanbul.

Baca juga: 4 Masjid Bersejarah yang Cocok untuk Wisata Ramadhan di Solo

Nama bangunan megah itu adalah Masjid Sultan Ahmed yang dikenal sebagai Masjid Biru. Selain merupakan bangunan sejarah, Masjid Biru juga masih berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam.

Masjid ini merupakan saksi bisu sejarah kejayaan Kekaisaran Ottoman yang pernah berdiri di Negara Turki. Lokasinya juga tidak jauh dari Laut Marmara yang membentang luas di sebelah selatan Turki.

Sejarah pembangunan Masjid Biru

Awal pendirian masjid ini dimulai dari Perjanjian Damai Zsivatorok yang mengakhiri perang lima belas tahun antara Kekaisaran Ottoman dan Kerajaan Habsburg). Setelah perjanjian itu, Kekaisaran Ottoman mengalami kekalahan saat berperang dengan Persia tahun 1603-1618.

Guna mengangkat kembali moral Kekaisaran Ottoman, Sultan Ahmed I membangun Masjid Sultan Ahmed pada tahun 1609 dan selesai pada 1616. Pembangunan masjid ini dimaksudkan untuk menegaskan kembali kekuasaan Kekaisaran Ottoman.

Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmed saat senja hari di Istanbul, Sultanahmet park.OPIS Zagreb / Shutterstock.com Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmed saat senja hari di Istanbul, Sultanahmet park.
Arsitektur masjid ini begitu megah. Terdapat lima kubah utama, enam menara, dan delapan kubah sekunder. Arsitektur megah ini pun dianggap sebagai masjir terbesar terakhir pada periode klasik.

Arsitek Masjid Biru, Sedefkâr Mehmed Aga menggabungkan elemen arsitektur Islam tradisional dan Kristen Bizantium untuk mewujudkan bangunan masjid yang begitu megah ini.

Mengapa dinamai Masjid Biru?

Kini Masjid yang sebenarnya bernama Sultan Ahmed ini disebut juga sebagai Masjid Biru. Hal itu karena interiornya dilapisi oleh lebih dari 20.000 ubin Iznik buatan tangan yang memesona.

Ubin itu terbuat dari keramik yang berwarna pirus dengan desain tulip merah. Selain itu, lantai dua masjid juga dicat biru dengan cahaya matahari yang masuk melalui lebih dari 200 jendela kaca patri.

Hanya ada tiga masjid di Turki yang memiliki enam menara, salah satunya adalah Masjid Biru ini. Dilansir dari Theculturetrip, konon arsitek masjid ini salah mendengar permintaan sultan yang sebenarnya meminta untuk dibangunkan menara emas.

Interior langit langit Masjid Sultan Ahmed atau dikenal Masjid Biru di Istanbul, Turki yang sedang direstorasi. Kompas.com/Silvita Agmasari Interior langit langit Masjid Sultan Ahmed atau dikenal Masjid Biru di Istanbul, Turki yang sedang direstorasi.
Dalam bahasa Turki, menara emas adalah altin minareler. Namun, yang didengar Sang Arsitek adalah alti minareler dengan arti enam menara. Sementara pada saat itu, masjid dengan enam menara hanyalah Masjidil Haram di Mekah.

Agar tidak terlihat menyaingi Majsidil Haram, sultan memerintahkan pembangunan menara lain di sana agar jumlahnya lebih dari enam.

Kini selain untuk ibadah, Masjid Biru juga dibuka untuk kunjungan wisata. Namun, kunjungan wisatawan tidak bisa dilakukan ketika masuk waktu shalat jamaah lima waktu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com